Desa yang berada di Kabupaten Lombok Utara, kecamatan kayangan, Desa Gumantar terdapat sebuah dusun yang indah. Masih mempertahankan budaya leluhur sebagai identitasnya, dusun ini masih tradisional. Lombok tak hanya memiliki keindahan alam dan pantai bisa memanjakan mata wisatawan asing maupun lokal, kamu perlu ketahui di Lombok memiliki banyak ragam budaya suku sasak, budaya yang masih dilestarikan oleh masyarakat dusun Desa Beleq.
beberapa minggu yang lalu kami datang mengunjungi dusun Desa Beleq bersama teman-teman jurnalis InfoLombok. Dusun Desa Belek lumayan jauh untuk ditempuh dari Kota Mataram kira-kira 2 jam perjalanan menggunakan kendaraan. Memasuki dusun wisata Desa Beleq pengunjung akan dimanjakan dengan pemandangan rumah tradisional yang masih beratapkan jerami, berlantai tanah dan berdinding bambu sebagai ciri khas rumah adat suku sasak yang indah. Masuk ke dusun Desa Beleq pengunjung akan melihat denah dan informasi tentang fungsi bangunan rumah adat tradisional, selain itu tim InfoLombok menghampiri Sahir kepala dusun Desa Belek, Sahir mengajak kami duduk di berugaq (rumah kecil tempat bersantai masyarakat Lombok) memberikan pengetahuan tentang ragam budaya Dusun Desa Beleq.
Selain Sahir, masyarakat desa menyapa pengunjung sebagai tanda masyarakat menerima kedatangannya, senyum ramah tanda masyarakat dusun tidak risih, Kami sebagai pengunjung merasa senang. Kerap kali masyarakat menawari sirih untuk dipapah sebagai kebiasaan masyarakat untuk merawat gigi mereka, tidak heran umur 70-80 tahun masyarakat dusun Desa Beleq memiliki gigi utuh dan kuat. Daun sirih digunakan oleh masyarakat sejak dahulu sebagai obat alternatif, budaya nyirih salah satu budaya yang masih dipertahankan, bukan hanya orang tua saja yang membudayakannya, namun anak-anak dan remaja sering kali kami lihat me-mapah daun sirih, ini adalah salah satu budaya yang masih dipertahankan oleh masyarakat.
Dusun Desa Beleq memiliki nama “desa” sedangkan tempat ini adalah dusun, karena dulu sebelum adanya sistem kependudukan oleh pemerintah, dusun ini awalnya desa pertama yang didirikan oleh masyarakat, ujar Sahir. Jumlah kepala keluarga desa beleq 114 yang mendiami rumah adat, sebagian masyarakat tinggal diluar area dusun wisata Desa Beleq karena semakin maju zaman semakin pesat pertumbuhan penduduk. Rumah adat di dusun jumblahnya tetap dari dulu, sehingga ada larangan untuk membangun rumah adat lagi, walaupun demikian masyarakat dusun Desa Beleq patuh dengan aturan. Kata sahir, “ dimanapun kamu pergi (masyarakat dusun Desa Belek), kamu akan selalu punya tempat kembali. Jati diri masyarakat pergi untuk kembali lagi ke dusun Desa Beleq ini membawa pengalaman tampa melupakan identitas.” Banyak masyarakat tinggal diluar dusun, namun mereka kembali lagi ketika ada acara besar khususnya acara adat.
Sahir memberikan pengetahuan tentang budaya khas dusun Desa Beleq bertahun-tahun diwariskan oleh nenek moyang mereka, budaya itu dinamakan Kelaq Sayur atau dalam bahasa Indonesia Budaya Masak Sayur. Budaya Masak Sayur ini biasanya dilakukan Bulan juli, budaya Masak Sayur memiliki filosofi menurut Sahir: menghormati pemberian Allah melalui bumi yang kami pijak. Bumi selama ini memenuhi segala kebutuhan kami, salah satunya adalah menumbuhkan tumbuhan berupa sayur-sayuran yang kita konsumsi dan memberikan penghidupan bagi hewan ternak kami. Begitu banyak anugrah allah yang diberikan kepada manusia, namun sedikit sekali yang bersyukur, penghidupan dari bumi saja banyak sekali yang didapati, belum lagi dari langit seperti hujan, siang dan malam, tuturnya.
Selain filosofi yang mendalam, budaya Masak Sayur di dusun Desa Beleq memilik beberapa persyaratan dan ritual khusus. Tugas memasak sayur turun temurun, mulai dari nenek moyang dusun Desa Beleq dari dulu memilik tugas masak sayur sampai sekarang di turunka melalui anak cucunya, tidak diperbolehkan selain keturunannya untuk masak sayur, uniknya lagi budaya masak sayur tidak diperbolehkan saudara dari keturunannya masak bersama sama, namun memiliki giliran masing masing, budaya Masak Sayur ini dijalankan dua hari, setiap satu hari dalam budaya ini di ganti pemasaknya oleh saudaranya sendiri yang memiliki garis keturunan yang sama. Budaya Masak Sayur tidak diperbolehkan menggunakan selana panjang maupun pendek, namun diwajibkan bagi masyarakat yang mengikuti budaya ini menggunakan sarung teradisional suku sasak, hal ini dilakukan oleh masyarakat untuk menghormati para leluhurnya yang telah mendahului mereka.
“Hidup tak habis untuk berpikir mau makan dimana. Tak perlu pula khawatir tentang boraks atau pestisida. Cukup makan kesegaran yang disajikan bumi, setiap hari” sumber hipwee.com
Kata-kata diatas tepat sekali dalam budaya Masak Sayur, masyarakat Dusun Beleq tidak menggunakan penyedap rasa buatan dalam ritual, hanya menggunakan rempah-rempah seadanya yang didapati melalui hasil kebun masyarakat sekitar. Tanda masyarakat masih memiliki hasil kebun yang berlimpah. Sayur sayuran yang dimasak sesuai dengan musim, hari ini hari sabtu, 12 Oktober 2019 di dusun Desa Beleq musim kemarau, biasanya musim kemarau dalam Budaya ini menggunakan sayur talas di campuri dengan sayur yang lain, karena biasanya musim kemarau talas subur di perkebunan masyarakat, musim hujan diganti menu masakan menggunakan buah nangka mentah. Begitu sehat masyarakat dusun Desa Beleq karena faktor makanan dan letak geografis dekat hutan begitu segar udara dan airnya tidak tercemar, rata-rata usia penduduk lebih dari 40 tahun.
Namun dengan kekayaan budaya yang dimiliki dusun Desa Beleq masih disaingi oleh wisatawan yang banyak mengunjungi destinasi wisata alam, salah satunya adalah taman wisata gunung Rinjani, jumlah pengunjung wisatawan asing hingga 16 juli mencapai 2.094 orang. Sementara wisatawan lokal mencapai 748 orang. total pengunjung taman wisata gunung Rinjani sampai saat ini mencapai 2.845 orang, sebut kepala TNGR Sudyono dalam ulasan berita SUARANTB.com. selain destinasi wisata gunung, Lombok memiliki tiga gili ( Trawangan, Meno dan Air) yang cukup terkenal di Lombok. “Jumlah wisatawan setelah gempa bumi yang mengguncang Lombok pada akhir bulan Juli hingga Agustus 2018 mencapai 1.500 orang. Bahkan sampai 600-700 orang dalam sehari,” kata Muhammad Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Utara, diulas melalui berita REPOBLIKA.co.id.
berbeda dengan desa tradisional yang berada di dusun Desa Sasak Sade, Desa Rembitan, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. Desa Sade cukup terkenal tempatnya dekat dengan jalan raya, tidak jauh dari bendara Internasional Lombok, menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit. desa sade tidak pernah sepi di kunjungi oleh wisatawan asing dan lokal. Desa Sade masih membudayakan warisan budaya asli Lombok dari dulu sampai sekarang, wisata budaya ditonjolkan daripada wisata alam di Desa Sasak Sade.
Beda gunung, gili dan wisata Desa Sasak Sade dengan dusun Desa Beleq. Dusun Desa Beleq memiliki budaya yang cukup beragam salah satunya adalah budaya masak sayur, destinasi wisata alam bisa bersaing dengan wisata budaya, seperti perbandingan taman wisata gunung Rinjani dengan Desa Wisata Sasak Sade memiliki ciri khas yang berbeda namun pengunjung yang selalu ada setiap harinya. ibarat dua sisi mata uang yang berbeda dengan dusun Desa Beleq.“Wisatawan asing dan lokal mengunjungi dusun jarang sekali, biasanya sebelum gempa setiap hari sabtu dan minggu banyak pengunjung, namun kini dusun Desa Beleq kurang pengunjung walaupun hari sabtu dan minggu. Beberapa pengunjung tidak lebih dari 10 orang” tutur sahir Kepala Dusun Desa Beleq.
Promosi yang masih kurang digencarkan oleh masyarakat dusun Desa Beleq melalui pemanfaatan media online Instagram @desabeleq memiliki pengikut 115 akun Instagram. Memilik 30 potingan dan update informasi melaui Instagram terakhir tanggal 5 september 2019. Berbeda dengan dusun Desa Wisata Sade #desasade berjumblah 22.7K postingan. Selain promosi secara online harus digencarkan promosi yang difasilitasi oleh pemerintah sehingga pertumbuhan ekonomi dan budaya bisa disatukan. Rata-rata masyarakat dusun Desa Beleq berpengasilan kurang dari Rp 50.000. mata pencariaannya menjual hasil kebun (coklat, kacang mende, kopi dsb) dan berternak, sehingga pemerintah harus memberikan pelatihan dan sosialisasi tentang pemanfaatan desa wisata di Lombok.