
Mataram, (18/12/24) – Suara bising jalanan Ampenan, Mataram, terdapat sosok sederhana yang telah berpuluh tahun mengabdikan hidupnya untuk memperbaiki alas kaki. Namanya adalah Hasan, seorang pria berusia 65 tahun yang setiap hari membuka lapak sol sepatu di tepi jalan, dengan semangat yang tak pernah pudar meski usia semakin menua.
Di sebuah sudut Kota Tua Ampenan yang bersejarah, Hasan menjalani rutinitas sehari-hari yang sederhana namun penuh makna. Setiap pagi, ia membuka kios kecilnya, tempat para pelanggan datang untuk memperbaiki sepatu mereka. Meskipun usianya sudah mencapai 65 tahun, Hasan tetap semangat menjalani pekerjaannya. “Buka pagi, tutup sore,” ujarnya sambil tersenyum, menandakan dedikasinya yang tak pernah surut.
Menjadi seorang tukang sol sepatu adalah pilihan hidup yang dibuat Hasan sejak muda. “Dulu, saya belajar dari seorang teman yang juga tukang sol sepatu. Dari sana, saya mulai menyukai pekerjaan ini dan terus bertahan sampai sekarang,” kata Hasan mengenang awal mula kariernya. Seiring berjalannya waktu, pekerjaan tersebut bukan hanya menjadi sumber penghidupan, tetapi juga bagian dari identitas dirinya.

Setiap sepatu yang dibawa pelanggan ke tempatnya tidak sekadar diperbaiki, tetapi juga diberi perhatian khusus. Hasan sangat teliti dalam setiap pekerjaan yang dilakukannya, memastikan bahwa setiap sol sepatu yang dia pasang kembali kuat dan nyaman. “Saya selalu berusaha memberikan yang terbaik agar orang yang memakai sepatu itu bisa nyaman lagi,” tambahnya.
Setelah bekerja keras sepanjang hari, Hasan kembali ke rumahnya yang sederhana di Kampung Melayu Ampenan. Di sana, ia tinggal bersama istrinya yang masih sehat dan aktif, menemani hari-harinya yang penuh ketenangan. Meski kehidupan mereka sederhana, kebersamaan dengan keluarga adalah hal yang paling berharga bagi Hasan. “Saya bersyukur masih bisa hidup sehat dan bersama istri saya sampai sekarang. Kehidupan ini sudah cukup bahagia bagi kami,” ujarnya dengan penuh rasa syukur.
Hasan tidak hanya dikenal oleh warga sekitar sebagai tukang sol sepatu, tetapi juga sebagai sosok yang rendah hati dan penuh kasih. Ia sering kali berbagi cerita dan nasihat kepada para pemuda yang datang ke lapaknya, memberi mereka pelajaran tentang pentingnya ketekunan, kesederhanaan, dan kerja keras.
Kehadiran Hasan di Kota Tua Ampenan tidak hanya sebatas pekerjaan semata, tetapi juga menjadi bagian dari sejarah hidup kota tersebut. Ampenan, yang terkenal dengan suasana dan bangunan-bangunan tua, menjadi saksi bisu perjalanan hidup seorang pria yang dengan sabar menjaga warisan keterampilan sol sepatu turun-temurun. Masyarakat Ampenan mengenal Hasan bukan hanya sebagai tukang sol sepatu, tetapi sebagai bagian dari identitas mereka yang penuh dengan nilai-nilai tradisi dan kerja keras.
“Selama ada orang yang datang dan membutuhkan bantuan saya, saya akan terus bekerja. Saya tidak berpikir banyak tentang masa depan, yang penting saya bisa terus memberikan yang terbaik dalam pekerjaan ini,” ujar Hasan dengan penuh kebanggaan.
Setiap sepatu yang diperbaiki oleh Hasan tidak hanya mengembalikan fungsinya, tetapi juga menyimpan cerita perjalanan hidup sang pemilik sepatu. Dengan setiap sol yang dipasang, Hasan seolah menyumbangkan bagian dari kisah hidupnya yang tak lekang oleh waktu. Di tengah perubahan zaman yang begitu cepat, Hasan tetap setia dengan profesinya yang sederhana, menjadikan setiap langkah orang-orang yang memakai sepatu yang telah diperbaikinya tetap kuat dan kokoh, layaknya semangat hidupnya yang tak pernah pudar.