PENGGEMBALA – Amaq Ramlan Pria Paruhbaya Berusia 50 Tahun-an, Ia Menggembala Kerbau Setiap Hari di Ujung Selatan Pulau Lombok. (5/11/23).

MATARAM – Di bawah terik matahari Lombok Selatan, terlihat seorang pria paruh baya sedang berteduh di pepohonan area sirkuit Mandalika. Ia adalah Amaq Ramlan, seorang penggembala kerbau yang menjalani kehidupannya dengan penuh ketenangan dan kesederhanaan. Bersama kawanan kerbaunya, ia menggembala setiap hari, menyusuri garis pantai, perbukitan hingga padang rumput di ujung selatan Pulau Lombok. Bagi Amaq Ramlan, menggembala bukan sekadar pekerjaan, melainkan bagian dari kehidupannya yang penuh makna.

Lahir dan besar di Lombok, Amaq Ramlan tumbuh dalam budaya agraris yang erat dengan alam. Hidup sederhana dan penuh perjuangan di tengah alam menjadi bagian dari jiwanya. Setiap hari, ia menggiring kerbau-kerbaunya, menghadapi terik matahari dan hujan dengan sabar. Sementara banyak orang mengejar kemewahan, pria paruh baya ini tetap teguh menjalani kehidupan yang bagi sebagian orang mungkin terlihat berat, namun bagi dirinya adalah panggilan.

Pria dengan topi anyaman di kepalanya ini sudah mulai menggembala sejak remaja, mengikuti jejak orang tuanya. Saat ini, ia menggembala tidak hanya sebagai sumber mata pencaharian, tetapi juga sebagai bentuk tanggung jawab terhadap alam. Ia menjaga kawanan kerbaunya seperti keluarga sendiri, memastikan mereka mendapat makanan yang cukup dan terlindung dari bahaya. Setiap hari, ia menghabiskan waktu bersama mereka, merawat dan mengawasi dengan penuh perhatian.

Bagi para wisatawan yang sering melintas, Amaq Ramlan adalah sosok yang menarik. Penampilannya yang sederhana, topi anyaman di kepala, dan senyumnya yang tulus membuatnya tampak ramah di mata para pengunjung. Ia kerap berinteraksi dengan wisatawan yang penasaran, berbagi cerita dan kisah hidupnya tanpa rasa canggung. Dalam momen-momen singkat itu, para wisatawan tak hanya mendapatkan pengalaman baru, tetapi juga inspirasi dari kesederhanaan hidup Amaq Ramlan.

Kisah hidup Pria berusia 50 tahun-an ini adalah pengingat bahwa kebahagiaan tidak selalu bergantung pada materi atau status sosial. Ia menemukan kebahagiaannya dalam hubungan yang dekat dengan alam dan hewan-hewan yang ia rawat. Meski hidup sederhana, Amaq Ramlan menjalani harinya dengan hati yang damai. Kisahnya menginspirasi kita semua untuk lebih menghargai kehidupan sederhana dan menghormati alam, di tengah dunia yang semakin sibuk dan materialistis.

1 COMMENT