KRISIS AIR GILI MENO, MONOPOLI DAN KONFLIK PERUSAHAAN AIR TAWAR

Mataram- Gili meno, Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, telah mengalami krisis air terparah yang terjadi tahun ini, tepatnya pada bulan Juli 2024. Krisis air ini sebenarnya bukan isu yang baru-baru terjadi, krisis air bermula pada tahun 2017 dimana saat perusahaan PT BAL (Berkat Air Laut) selaku pemasok utama air tawar untuk gili meno mengalami kisruh, hingga terjadi tindak pidana kepada direktur PT BAL (Berkat Air Laut). Namun setelah terjadinya gempa tahun 2019 PT BAL Kembali beroperasi seperti biasanya di Gili Meno dan Gili Trawangan, dan saat itupun tercium kabar bahwa ada kompetitor lain yaitu PT TCN (Tiara Cipta Nirwana) yang ingin melebarkan sayap ke Gili Meno dan Gili Trawangan guna menggantikan PT BAL.
Menurut Masrun selaku Kepala Staf Unsur Kewilayahan atau Kepala Dusun Gili Meno, “krisis air di meno ini jadi kesempatan emas buat monopoli wilayah dan kekuasaan oleh perusahaan-perusahaan yang mau menguasai Meno, Senin (2/12/24)”. Tidak lama kemudian pada 2021 krisis air Kembali terjadi sementara waktu akibat perebutan pengoperasian air bersih antara PT TCN dan PT BAL. Setelah kisruh terjadi dan telah berdirinya bangunan PT TCN maka PT TCN mendapatkan izin untuk mengoperasikan air tawar di Gili Trawangan melalui rembesan pasang surut air laut, dan PT BAL terpaksa berhenti beroperasi. Dengan hadirnya PT TCN di Gili Trawangan, maka tujuan selanjutnya PT TCN adalah Gili Meno, yang saat itu mendapatkan bantuan air tawar dari Kerjasama sementara dengan PDAM, sehingga darurat air di Gili Meno hanya berlangsung selama dua minggu dan dapat teratasi dengan kembalinya PT BAL.

Setelah melihat perkembangan masif PT TCN yang berada di Gili Trawangan, terjadi pembebasan lahan oleh PT TCN di Gili Meno yang tidak diketahui oleh warga setempat. Sehingga pada 21 Juli 2022 masyarakat Meno mengajukan petisi untuk memberhentikan PT TCN yang akan membangun perusahaannya di Gili Meno. “pengajuan petisi ini karena kita lihat dampak pembangunan rembesan air yang signifikan terjadi di Gili Trawangan terjadi abrasi dan munculnya limbah pengeboran, sedangkan kita disini menjaga ekosistem dan lingkungan laut”, ujar Masrun. Karena pada saat itu juga PT BAL masih aktif beroperasi memberikan air tawar bagi masyarakat Gili Meno.
Sembari berjalannya PT BAL pada 2022 masyarakat Gili Meno terus menerus mengajukan petisi agar PT TCN tidak beroperasi di Gili Meno karena menurut Masrun jelas bahwa terjadinya monopoli dalam pembagian wilayah kerja, dan mereka tidak berniat untuk melakukan pembagian wilayah. Mereka dengan keras hanya ingin melebarkan sayap ke Gili Meno. Petisi kedua di ajukan pada tahun 2023 namun ditolak kembali. Awal tahun 2024 akhirnya PT BAL diberhentikan dan masyarakat Gili Meno kembali menghadapi krisis air tawar. Kerugian besar terus berlanjut bagi para masyarakat yang menaruh harapan pada destinasi wisata di Gili Meno. Tercatat ada banyak turis yang pulang atau membatalkan kunjungan ke Gili Meno akibat terjadinya krisis air tawar ini. Tidak hanya itu dampak bagi peternak juga sangat besar, banyak hewan ternak yang mati akibat dehidrasi.
Menghadapi masalah krisis ini Kadus Gili Meno, Masrun terus berupaya menemui Penjabat Gubernur guna meminta solusi dan langkah konkrit yang harus diambil agar masalah ini cepat ditindak lanjuti “saya terus menerus mendesak bertemu pj Gubernur untuk minta langkah konkrit, tapi selalu pak Fathul Gani (ASDA) yang kami temukan, sedangkan pak ASDA selalu menyampaikan akan disampaikan ke pimpinan tapi turunannya ga ada. Nah selalu dia yang kami temui, jadi ga ada jawaban pasti keputusan konkritnya Pemprov itu seperti apa”, ujar Masrun. Hingga saat ini masyarakat Gili Meno menunggu keputusan konkrit dari pj Gubernur, masalah ini juga telah disampaikan kepada Pemerintah Daerah Djohan Sjamsu untuk memberikan solusi segera, namun tidak disangka-sangka ternyata Pemerintah Daerah ternyata mendorong PT TCN yang ditolak keras oleh masyarakat untuk segera beroperasi di Gili Meno.