Foto bersama narasumber
Sejak fajar tiba dan menyingsing, Kakek Ahmad sudah bersiap siaga tanpa pernah sedikitpun melewatkan masa dan waktu yang akan terbuang sia-sia jika tidak dimanfaatkan. Sang pejuang pundi-pundi rupiah ini selalu memulai harinya dengan perjalanan menuju pasar dimana pejuang rupiah ini harus mengambil semua barang bakulan jajanannya dari pasar terdekat baru kemudian dipikul dan mulai berjalan menyusuri kerasnya hidup di kota Mataram ini.
Setiap pagi, sekitar pukul lima, kakek paruh baya ini mengayuh sepeda tuanya, dan menempuh perjalanan sejauh beberapa kilometer dari Bajur ke pasar terdekat untuk membeli beberaoa bahan bakulan jualannya seperti pisang rebus, kacang rebus, belinjo rebus, telur puyuh, jajan bantal serta rujak. Kemudian, dengan bakul yang telah berisi berbagai jenis makanan dan jajanan tersebut, kakek Ahmad melanjutkan perjalanannya menuju Universitas Mataram.
Meski usianya yang kini sudah memasuki 50 tahun dimana seharusnya usia ini menjadi momentum yang paling berharga untuk menyimpan setiap memori dan kenangan yang berharga semasa hidupnya. Hal ini tidak berlaku bagi pejuang keluarga ini, disaat orang lain seusianya hanya duduk bersantai dan menikmati hidup kakek ahmad harus tetap berjuang langkah demu langkah itu mengais pundi-pundi rupiah. Bagi beliau, perihal untuk sebagian orang yang duduk di teras depan rumah dengan ditemani secangkir teh di halaman depan sambil menyaksikan riangnya tawa cucu yang sedang asik bermain. Seharusnya itulah realita yang kakek berambut setengah putih ini terima yang banyak dialami sebagian orang, tetapi bagi kakek Ahmad realita tersebut tidak menjadikan ia satu dari sekian banyak manusia yang menikmati kehidupan layak itu. Kakek Ahmad dengan tekad dan semangatnya tak pernah surut. “Saya berjualan untuk anak-anak kuliah, supaya mereka bisa jajan dengan murah dan kenyang tanpa harus memikirkan ingin makan makanam simple umbi-umbian hasil alam dengan susah. Ini merupakan cara saya mencari rezeki,” lirihnya sambil tersenyum.
Kehidupan Kakek Ahmad penuh dengan kesederhanaan dan ketekunan. Setiap harinya, ia berdiri di bawah sang surya sembari berjalan. Langkah demi langkah bahkan terkadang harus melawan hujan badai sekalipun akan kakek paruh bayah itu hadapi sembari menunggu para mahasiswa yang datang membeli jajanan miliknya. Setiap uang jajanan yang mahasiswa beli merupakan senyum bahagia yang terselip dalam hati terdalam kakek Ahmad, setiap rupiah yang dengan ikhlas kita bayar untuk membeli barang dagangan kakek Ahmad adalah bentuk cinta dan kasih.
Kakek Ahmad bukan hanya seorang penjual bakulan bagi mahasiswa, akan tetapi sudah dianggap seperti bagian dari keluarga kampus. “Kakek Ahmad selalu ramah ketika berjualan, walaupun lelah dan letih, ia tidak pernah sedikit pun meluapkan kelelahannya dengan memasang muka tidak menyenangkan bagi pelanggan setianya. Kakek Ahmad juga sering memberikan belanjaan lebih dari apa yang pelanggannya beli, bagi kakek Ahmad mendapatkan uang dan semua barang bakulannya laku saja sudah lebih dari cukup dari pada harus menjual dengan mematok harga yang lebih mahal. Kadang kala saya diberi tambahanan kacang rebus padahal saya hanya membeli sebuah pisang rebus,” cerita seorang mahasiswa dengan senyum.
Sosoknya banyak menjadi contoh serta menjadi inspirasi bagi banyak orang di lingkungan kampus. Banyak pelajaran hidup yang orang kampus dapati dari hidup bersyukur serta berkecukupan dari sosok kakek Ahmad. Sebuah contoh nyata bagaimana semangat dan kerja keras bisa mengalahkan segala tantangan hidup. Meskipun hidup dalam kesederhanaan, Kakek Ahmad tetap bersyukur. “Saya cuma ingin bisa terus sehat dan bisa terus jualan buat anak-anak,” ucapnya penuh harap serta doa. Baginya, kebahagiaan bukan diukur dari seberapa banyak uang yang didapat atau bahkan dari materi yang orang miliki, akan tetapi dari keberkahan rezeki yang ia peroleh setiap harinya.
Cerita Kakek Ahmad adalah kisah perjuangan seorang manusia yang tak pernah kenal lelah, berjuang dengan penuh ketekunan dan keikhlasan. Di balik keringat dan keletihan, ada kebahagiaan dan harapan yang terus menyala, membuatnya tak pernah berhenti untuk terus melangkah dan memberikan yang terbaik bagi keluarganya dan para mahasiswa yang setiap hari menyapanya.