MATARAM (19/12/2024) – Di tengah kesibukan aktivitas akademis di penghujung tahun, Dr. Raqib Chowdhury meluangkan waktunya untuk berbagi ilmu dan pengalaman di Lombok pada awal Desember lalu. Dosen senior Monash University ini diundang secara khusus oleh FKIP UNRAM (Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram) dalam rangka mengisi workshop bertajuk “Applying Scholarships for Australian Universities and High Quality Literature Reviews” (10/12/2024). Namun dibalik presentasinya yang informatif, tersimpan kisah menarik seorang Raqib tentang kecintaannya terhadap Indonesia.
Raqib yang merupakan seorang kelahiran Bangladesh, membuat pernyataan berkesan di akhir presentasinya sebagai penutup sesi workshop. “Saya cinta Indonesia. Indonesia dan Bangladesh memiliki banyak kesamaan budaya dan sejarah,” ungkapnya dalam Bahasa Inggris. Kesamaan inilah yang menurut Raqib menciptakan ikatan emosional yang kuat, membuat Indonesia memiliki tempat istimewa di hatinya. Bukti kecintaan ini terlihat dari 12 kali kunjungannya ke Indonesia. Tidak hanya sebagai perwakilan Monash University atau dosen tamu, Raqib juga sering mengajak keluarganya untuk berlibur ke Indonesia dengan mengunjungi tempat-tempat indah seperti Bali dan Raja Ampat. Selain itu meski belum fasih berbahasa Indonesia, Raqib menunjukkan antusiasme kuat untuk mempelajarinya. “Bahasa Indonesia lebih sulit dari Bahasa Inggris sehingga saya harus bekerja keras,” lanjut Raqib, yang kemudian menceritakan awal mula imigrasinya dari Bangladesh ke Australia.
Disamping kecintaan Raqib, ia juga memiliki pandangan yang tajam terhadap dunia pendidikan dan penelitian di Indonesia. Dalam workshop tersebut ia menekankan pentingnya kritisisme dalam merumuskan judul penelitian. “Penelitian yang berkualitas berawal dari rumusan judul yang tepat dan terarah,” tegasnya. Ia berharap para akademisi Indonesia dapat lebih jeli dalam memilih topik penelitian yang relevan dan berdampak. Raqib melihat potensi besar bagi kemajuan pendidikan Indonesia melalui peningkatan kolaborasi penelitian internasional. Ia mendorong kerja sama yang lebih intensif antara universitas di Indonesia, termasuk Universitas Mataram dengan universitas luar negeri seperti Monash University. “Kolaborasi ini akan memperkaya wawasan, meningkatkan kualitas penelitian, dan pada akhirnya memajukan pendidikan di Indonesia,” tambahnya.
Adapun di hari terakhir kunjungan, Raqib menikmati keindahan Lombok dengan diajak berkeliling oleh para mahasiswa UNRAM. Perjalanan dengan bus tersebut memberikan kesempatan baginya untuk lebih dekat dengan kehidupan masyarakat Lombok dan semakin memperdalam apresiasinya terhadap Indonesia. Selain mengunjungi beberapa tempat seperti Pantai Tanjung Aan dan Loang Baloq, Raqib dan para mahasiswa menghabiskan banyak waktu berbincang mengenai kehidupan di Australia. “Saya harap kedepannya akan ada lebih banyak kerjasama antara pemerintah Indonesia dan Australia,” kata Raqib, ketika ditanya mengenai harapannya untuk kedua negara.

Kisah Raqib Chowdhury bukan sekadar kisah seorang dosen tamu. Ia adalah cerminan hubungan baik antara Indonesia dan Australia, juga sebuah bukti bahwa kecintaan terhadap suatu negara dapat terwujud dalam berbagai bentuk, dari berbagi ilmu hingga menjelajahi keindahan alamnya. Dedikasi dan pandangannya yang tajam terhadap pendidikan Indonesia memberikan inspirasi bagi para akademisi muda untuk terus berkarya dan berkolaborasi demi kemajuan bangsa. Kisah Raqib juga menjadi pengingat bahwa jembatan persahabatan dan kolaborasi internasional dapat dibangun melalui semangat berbagi dan saling menghargai. Semoga kedepannya akan ada lebih banyak tokoh internasional yang memiliki pandangan positif terhadap Indonesia.
“When I go back to Australia, I will tell everyone how beautiful your country is,” kata-kata terakhir Raqib sebelum berpisah dengan para mahasiswa UNRAM.
.