
Di tengah hiruk-pikuk Pasar Cakranegara, di mana suara tawar-menawar dan aroma rempah-rempah bercampur menjadi satu, terdapat sosok yang telah mengabdikan hidupnya selama 39 tahun untuk sebuah pekerjaan yang mungkin dianggap sepele oleh sebagian orang: tukang sol sepatu.
Suhaimin, pria berkepala enam yang telah menekuni profesinya sejak tahun 1985, adalah contoh nyata dari dedikasi dan cinta terhadap pekerjaan yang dipilihnya sendiri.
Suhaimin bukanlah seorang pekerja yang terikat pada bos atau perusahaan besar. Ia adalah majikannya sendiri, yang memilih untuk menjalani hidup dengan cara yang ia inginkan.
“Saya tidak ingin menjadi bawahan orang lain. Saya ingin bekerja dengan cara saya sendiri, meskipun penghasilan yang saya dapatkan tidak selalu stabil,” ujarnya dengan senyuman yang tulus.
Keputusan untuk menjadi tukang sol sepatu bukan hanya sekadar pilihan, tetapi juga merupakan panggilan hati. Ia merasa nyaman dan bahagia saat mengerjakan sepatu-sepatu yang dibawa oleh pelanggan.
Namun, perjalanan Suhaimin tidak selalu mulus. Sejak pandemi COVID-19 melanda, kondisi Pasar Cakranegara berubah drastis.
“Dulu, saya bisa melayani 15 hingga 20 pelanggan dalam sehari. Sekarang, saya hanya bisa mendapatkan 6 hingga 7 pelanggan saja,” keluhnya.
Dampak pandemi yang berkepanjangan membuat banyak orang berhemat, dan perbaikan sepatu sering kali menjadi hal yang terabaikan.
Meskipun demikian, Suhaimin tetap bertahan. Ia percaya bahwa setiap sepatu yang ia perbaiki adalah bagian dari kisah hidup seseorang, dan ia merasa terhormat bisa menjadi bagian dari perjalanan itu.
Sebagai seorang ayah dari empat anak dan kakek dari sebelas cucu, Suhaimin memiliki tanggung jawab yang besar. Ia ingin memberikan contoh yang baik kepada generasi berikutnya tentang pentingnya kerja keras dan ketekunan.
“Saya selalu mengajarkan anak-anak saya untuk mencintai apa yang mereka lakukan. Jika mereka bahagia dengan pekerjaan mereka, maka mereka akan menemukan kepuasan dalam hidup,” katanya.
Di balik kesederhanaan pekerjaannya, Suhaimin adalah sosok yang penuh inspirasi.
Ia menunjukkan bahwa kebahagiaan tidak selalu datang dari penghasilan yang besar atau status sosial yang tinggi, tetapi dari melakukan apa yang kita cintai dan memberikan yang terbaik dalam setiap langkah yang kita ambil.
Di tengah tantangan yang ada, Suhaimin tetap berdiri teguh, menjadi simbol ketahanan dan dedikasi di Pasar Cakranegara.