Menggoreng Keuntungan: Kisah Mas Danu dalam Menjual Pisang Goreng Kepok

0
94

Di sebuah sudut Kekalik, Mataram, aroma manis dan gurih menyeruak dari gerobak sederhana milik Mas Danu, seorang pengusaha muda berusia 31 tahun yang kini menjadi salah satu ikon lokal dengan usaha pisang goreng kepoknya. Dengan senyuman hangat, ia menyapa pelanggan setianya, bukti bahwa usaha kecil pun bisa menjadi besar jika dikelola dengan konsistensi.

Mas Danu bukanlah orang baru dalam dunia pisang goreng. Ia mewarisi semangat berjualan ini dari keluarga istrinya yang lebih dulu bergelut di bidang serupa. Namun, kisah suksesnya dimulai dengan kerja keras. “Awalnya sih ngikut mertua kurang lebih sekitar 1 tahun lah ngikut. Terus akhirnya coba buka sendiri di Kekalik, ya alhamdulillah lancar,” ungkapnya.

Kini, usaha Mas Danu berkembang pesat. Dua cabang di Kekalik dan Karang Pule mampu menghasilkan omzet harian rata-rata hingga Rp2 juta. Kesuksesannya bukan tanpa alasan. Ia memilih pisang kepok sebagai bahan baku utama, sesuatu yang membedakannya dari kebanyakan pedagang yang menggunakan pisang ketip. “Tergantung selera si kalau yang saya lihat ya kalau dari kalangan menengah ke atas lebih suka ke pisang kepok dia itu yang saya lihat,” katanya.

Pisang kepok ini ia dapatkan dari pengepul lokal, mayoritas berasal dari Kuripan, Lombok Utara, dan Flores. Namun, bahan baku ini juga menjadi tantangan terbesar, terutama saat musim kemarau. Harga pisang bisa melonjak dari Rp10.000 menjadi Rp25.000 per sisir. Untuk menghadapi fluktuasi tersebut, Mas Danu harus memutar otak. Ia memilih menyesuaikan porsi tanpa menaikkan harga jual, memastikan pelanggan tetap puas.

Perjalanan Mas Danu juga tidak selalu mulus. Awal usahanya penuh cibiran dan pandangan skeptis dari orang sekitar. Namun, ia tidak mudah goyah. “Ya santai aja, ngapain. Biarin aja gitu,kan kita yang jalani biarin aja bodo
amat yang penting besuh kenyang sudah,” ujarnya sembari tertawa.

Selain menjaga cita rasa khas pisang gorengnya, Mas Danu berencana menambah variasi menu, seperti rujak tahu khas Kekalik, demi menarik lebih banyak pelanggan. Di balik keberhasilannya, ia mempekerjakan enam orang karyawan, semuanya berasal dari keluarganya.

Mas Danu percaya bahwa mental yang kuat adalah kunci bertahan dalam usaha kecil. “Intinya kuatin mental aja gitu, Hari ini sepi sikat aja usaha tetap usaha tekadnya harus kuat gitu,” tuturnya penuh semangat.

Kisah Mas Danu adalah bukti nyata bahwa usaha kecil dengan manajemen yang baik, konsistensi, dan keberanian menghadapi tantangan mampu tumbuh menjadi penggerak ekonomi lokal. Ia tidak hanya menginspirasi keluarganya, tetapi juga banyak orang di sekitarnya untuk tidak takut memulai usaha, sekecil apa pun itu.