Realita terkadang tidak semanis yang dibayangkan. Memulai perjalanannya ke Jepang dengan harapan besar, Sanjaya merantau ke Negeri Matahari Terbit untuk mencoba peruntungan pada usia ke-20. Sayang, kebenaran di depan matanya seolah menamparnya keras. Hidup di negara orang menuntut ketahanan fisik dan mental yang tinggi. Berbekal kerja paruh waktu di sebuah kedai kecil, hidup pria berumur 29 tahun itu pun terhubung dengan salah satu kuliner khas Jepang, Takoyaki.
Takdir telah mempertemukannya dengan pekerjaan sebagai koki pembuat takoyaki ketika dia iseng mencicipi jajanan tersebut di kedai tempatnya bekerja. Kegemarannya pada kuliner khas Jepang memanglah sudah tumbuh sejak masa bangku sekolah, menjadi modal utama Sanjaya. Dengan tekad kuat, pria penyuka takoyaki itu melamar pekerjaan sebagai koki yang kemudian berhasil lolos seleksi.
Empat tahun berlalu, Sanjaya memutuskan untuk kembali ke tanah air. Tidak hanya membawa pengalaman dan keterampilan, dia juga membawa istri yang berasal dari Jepang. Bersama istrinya dan beberapa teman, pria itu mendirikan gerai “Takoyaki-ku” di Mataram, Lombok, pada tahun 2019. Usaha ini tidak hanya menawarkan menu takoyaki, melainkan ada pula hidangan Jepang lainnya seperti okonomiyaki, ramen, dan gyoza.
Lima tahun berjalan, Takoyaki-ku menjadi salah satu gerai makanan Jepang yang paling digemari di Lombok. Menawarkan cita rasa autentik dengan sentuhan lokal, bisnis Sanjaya terus berkembang. Takoyaki yang dulu hanya dia buat di kedai kecil di Jepang, kini menjadi salah satu hidangan favorit masyarakat Lombok.
Bagi Sanjaya, takoyaki berbicara tentang hidupnya.