MATARAM (11/7/2024) – Perjalanan Alisha di dunia kemanusiaan dimulai sejak tahun 2022. Awalnya motivasinya masuk PMR adalah untuk mendapat sertifikat dan mencari teman. Namun motivasi itu berubah seiring waktu, ketika ia mulai terjun sebagai bagian dari tim medis PMR. Disana Alisha seolah melihat dunia yang berbeda dimana kesehatan dan nyawa manusia menjadi taruhannya. Ketika ia harus berhadapan dengan pasien yang membutuhkan pertolongan pertama, rasa takut dan cemas sempat menghantuinya. Ia yang tidak biasa melihat darah bercucuran kini harus menghadapi berbagai pemandangan menyakitkan yang tidak biasa. Alisha bahkan pernah menjadi saksi kecelakaan mengerikan di depan sekolah, dimana korbannya adalah seorang ibu-ibu dengan kondisi kepala bocor. Semenjak saat itu, sesuatu mengetuk hati Alisha untuk lebih bersungguh-sungguh di PMR. Ia menyadari betapa pentingnya sosok tenaga medis bagi semua orang.
Hari-hari Alisha dipenuhi kegiatan bersama PMR, disamping tetap aktif mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas. Alisha mengikuti berbagai agenda rutin PMR mulai dari pengenalan materi kesehatan, pelatihan penanganan bencana, hingga donor darah. Namun yang paling disukainya adalah menjadi bagian dari tim medis PMR, yang tidak hanya menuntutnya untuk terus belajar, namun juga siap siaga dimana saja dan kapan saja. Selain itu kegiatan tim medis lebih banyak di luar ruangan dan membuat Alisha merasa seperti profesional yang terjun langsung ke lapangan. “Sebenarnya sih ada capek dan panas,” kata Alisha, ketika ditanya mengenai pengalamannya sebagai tenaga medis. “Tapi disitu kita belajar banyak, dan bisa bantu orang juga, jadi ya gapapa,” lanjut Alisha. Ia menceritakan bagaimana tim medis PMR sering ditugaskan untuk menjaga event-event besar dan penting di sekolah, seperti upacara bendera, lomba, konser musik, camping, dan sebagainya yang menyangkut orang banyak. Oleh karena itu ia dan teman-temannya sudah terbiasa menghadapi pasien dengan berbagai karakter dan kebutuhan. “Seringnya, yang pura-pura sakit atau pingsan waktu upacara,” cerita Alisha, menunjukkan ekspresi geli. Matanya membulat dan terlihat susah payah menahan tawa, seolah sedang membayangkan sesuatu yang lucu. Namun meski banyak pasien yang berpura-pura, ia dan teman-temannya lebih memilih untuk tidak menghakimi maupun melaporkan. Menurut Alisha, menjadi bagian dari tim medis juga mengajarkannya untuk lebih berempati terhadap sesama, dan tentunya tetap mempertahankan profesionalitas. “Karena kalau masalah kesehatan orang itu, harus selalu dibawa serius, gaada yang boleh disepelekan.”
Adapun yang paling berkesan bagi Alisha sebagai anggota tim medis, adalah ketika melihat ekspresi lega para pasien setelah ditangani. Ada kepuasan dalam hati Alisha karena sudah berhasil membantu orang lain, sekalipun tidak jarang juga ia dibuat stres dengan intensitas kegiatan tim medis. “Oh iya, tantangan itu pasti ada ya. Saya kesulitan kalau nemu pasien yang banyak mau, atau gak bisa diatur. Misalnya dia luka, tapi ga berani dipakein obat karena takut perih, ya apa gak makin parah? Jadi saya harus sabar-sabar ngasih pengertian, justru ntar dia makin sakit,” kata Alisha. Meski begitu, ia tetap menikmati pekerjaannya dan selalu bersungguh-sungguh ketika menangani pasien. Ia juga belajar cara mengatur emosi agar pasien yang sudah dalam kondisi shock tidak semakin menderita ketika ditangani. Bagi Alisha, menjadi anggota PMR dan tim medis adalah pilihannya sendiri, dan merupakan hal yang memberinya mimpi atau tujuan baru. “Karena PMR, tiba-tiba pengen jadi dokter,” bebernya, tersipu malu dengan perkataannya sendiri. Pelajar bertubuh mungil itu menatap kearah lain, kembali membayangkan sesuatu. “Dulu pas kecil ngeliat dokter kayak hebat banget, kayaknya susah banget jadi dokter. Tapi pas masuk PMR, percaya diri jadi naik dan ada semangat, terus pengen belajar lebih jauh.” Kemudian untuk harapan Alisha di masa depan, adalah semoga ia bisa semakin banyak membantu orang, dan memberikan dampak positif dalam dunia kemanusiaan dan kesehatan. Ia juga berdoa agar dunia medis dan sumber daya manusianya semakin berkembang, mengetahui dampaknya dan pentingnya peran tenaga medis dalam menjaga keteraturan maupun pelayanan di masyarakat.
Sosok seperti Alisha sudah sepatutnya menjadi contoh bagi para pelajar. Kisah Alisha menginspirasi pelajar untuk lebih peduli terhadap sesama dan berani mengambil langkah kecil untuk menciptakan perubahan yang besar, bahkan di tengah sibuknya aktivitas pembelajaran di kelas. Kisah Alisha juga menunjukkan bahwa aksi nyata dapat dimulai dari usia muda, menunjukkan peran organisasi seperti PMR dalam mewadahi potensi anggotanya, dan membawa harapan baru bagi kualitas tenaga medis di masa depan. Tidak dipungkiri bahwa barangkali ada banyak “Alisha” lain diluar sana, yang tidak kalah inspiratif dan berdampak positif bagi lingkungannya. Hal terpenting saat ini adalah bagaimana lingkungan tersebut dapat mendukung semangat mereka, seperti yang dilakukan PMR terhadap Alisha.