Bisoq Keris Sebagai Pengobatan Alternatif Masyarakat Suku Sasak
Indonesia merupakan masyarakat majemuk dengan keberagaman suku bangsa, adat istiadat, ras, agama maupun bahasa. Indonesia memliki pulau yang tersebar luas dimana setiap pulau terdapat suku bangsa yang terdiri dari 309 suku bangsa dan bahasa yang berbeda. Setiap suku bangsa di Indonesia mempunyai budaya khas tersendiri yang melekat pada setiap kelompok masyarakat dan turun temurun diwariskan oleh nenek moyang mereka. Tradisi dan kebudayaan masih dipertahankan oleh masyarakat hingga saat ini, seperti masyarakat suku Sasak di Desa Dasan Lekong Kecamatan Sukamulia Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Lombok, NTB.
Sasak kaya akan tradisi dan kebudayaan yang masih dipertahankan hingga saat ini, di bidang kesehatan misalnya. Tradisi bisoq keris dalam bahasa Indonesia berarti mencuci keris, keris adalah benda pusaka atau keramat berbentuk panjang dengan ujung runcing sejenis belati dan memiliki ukiran motif indah yang diwariskan secara turun temurun. Benda ini dirawat dengan sangat baik oleh belian sebutan untuk pemilik keris atau dukun yang ahli dalam melakukan pengobatan tradisional sasak.
Di zaman modern saat ini pengobatan medis dinilai praktis, cepat, mudah, dan tepat sasaran (diagnosa) dalam menyembuhkan penyakit didukung oleh produk dan alat kesehatan yang semakin canggih, selain itu juga tenaga medis yang sudah ahli di bidangnya masing-masing. Namun hal tersebut tidak menghilangkan peran belian sasak dalam menyembuhkan berbagai penyakit, karena di Desa Dasan Lekong pengobatan modern dan pengobatan tradisional berjalan beriringan. Keberadaan belian sasak di zaman modern ini tentunya dilatarbelakangi oleh beberapa persepsi masyarakat seperti pengobatan tradisional yang dinilai lebih terjangkau atau relatif ekonomis bagi semua kalangan khususnya pada masyarakat kurang mampu bahkan juga pada masyarakat yang ekonominya menengah keatas, selain itu kepercayaan masyarakat akan tradisi dan budaya masih kental karena seringkali didapati pengobatan tradisional hasilnya lebih efektif dibandingkan dengan pengobatan medis.

Proses pengobatan bisoq keris dimulai saat pemiliki keris mengambil keris dan meletakkannya di atas meja kemudian menyiram air keatas badan keris dan menggosoknya. Beberapa syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum melakukan tradisi bisoq keris oleh pemilik keris dan masyarakat yang melakukan pengobatan yaitu, pemilik keris sebelum memulai tradisi ini dianjurkan untuk mensucikan diri dengan berwudhu. Sedangkan bagi orang yang sakit terlebih dulu harus menyiapkan tiga nampan atau baki yang berisi makanan berupa nasi dan lauk pauk, pada nampan tersebut diwajibkan menyediakan satu ekor ayam yang sudah dipanggang dijadikan sebagai tumbal, nampan kedua diisi oleh berbagai jajanan khas Lombok seperti gerodok, cerorot, peyek, rengginang, nampan ketiga berisi sesajen yang digunakan untuk memandikan keris berupa daun sirih, buah pinang, mayang, bunga tujuh rupa, tembakau, daun jagung kering, beras, uang, benang kapas, serta dupa. Setelah itu, dilakukan siraman/mandi menggunakan air bekas cuci keris dengan harapan penyakit yang diderita dapat segera sembuh. Pengobatan ini dipercaya masyarakat dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti sakit di bagian dada dan pnggang, tangan atau kaki bengkak, keluhan sakit dibagian panca indra, penyakit kulit, hingga halusinasi yang diakibatkan oleh gangguan roh atau makhluk halus.

Tradisi bisoq keris dilihat dari konsep pemikiran Beger dan Lukman dalam teori konstruksi sosial, sebagai sebuah kerja kognitif individu untuk menafsirkan dunia realitas yang ada karena terjadi relasi sosial antara individu dengan lingkungan atau orang di dekitarnya. Individu kemudian membangun sendiri pengetahuan atas realitas yang dilihat itu berdasarkan pada struktur pengetahuan yang telah ada sebelumnya.
Peter L Berger melihat hubungan antara individu dan masyarakat sebagai tindakan individu yang hidup di masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Tindakan ini bukan berasal dari stimulus respon melainkan pada makna-makna subjektif muncul berdasarkan keyakinan seseorang yang dimiliki setiap individu berisikan tujuan yang hendaj dicapai, cara, hingga sarana untuk mencapai tujuan tersebut.
Tradisi bisoq keris merupakan salah satu alternatif pengobatan masyarakat yang bersifat tradisional. Tradisional adalah segala sesuatu seperti alat, kepercayaan, kebiasaan, ajaran dan sebagainya yang turun temurun dari nenek moyang (Poerwadarminta, 1976: 796). Sifat tradisional ini dapat dilihat dari cara pengobatannya yang menggunakan alat sederhana secara turun temurun dari nenek moyang dan dilakukan dengan pengalaman. Pengobatan menggunakan keris sangat popular dan menjadi rujukan atau pilihan bagi para pasien yang ingin sembuh dari penyakitnya karena sebagian besar masyarakat percaya dan yakin akan keampuhan dan kehebatannya dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Oleh : Baiq Sari Hidayatullah (L1C019021)