Gemuruh tanah berjatuhan disertai getaran menjadi memori masyarakat sekitar. Tidak sedikit masyarakat yang menyambung hidup di sekitar sana harus mencari tempat baru. Hati-hati rawan longsor, tulisan itu dapat ditangkap tiap pengguna jalan ketika melintasi beberapa tikungan di Senggigi, daerah wisata Lombok yang dihiasi hamparan laut biru.
Mata pengguna jalan mungkin hanya menangkap hilangnya pembatas jalan yang belum dipasang Dinas Pariwisata, dengan bubuhan beberapa road barrier untuk memperingati orang yang berlalu-lalang. Dari atas jalan, hanya terdengar riuh ombak bersahut-sahutan, dengan kicauan burung dan klakson kendaraan. Namun, jika kita berjalan sedikit melalui ruas jalan di bawah jembatan, maka akan terdengar suara batu yang bergesek dengan besi, gemuruh excavator, sautan batu berjatuhan, dan teriakan para tukang juga pelaksana yang mengingatkan untuk bekerja karena target waktu tidak lama lagi. Kondisi yang berlawanan pada satu lokasi.
“Alasan saya bekerja disini juga demi keselamatan orang-orang yang lewat di atas,” ucap Johan yang saat ditemui sedang duduk di belakang excavator menunggu oli datang. Berkali-kali memeriksa alat yang sebentar lagi akan ia tunggangi. Ungkapan itu ia lontarkan dengan senyum dan keringat yang berjatuhan.
Johan, seorang operator excavator meninggalkan Dompu untuk menghidupi keluarganya dan dirinya. Kedua saudaranya yang sudah bekerja tidak menghentikan dirinya untuk hanya menikmati kerja keras kakaknya. Dengan upah 80 ribu perhari, Johan sebagai anak ketiga dari empat bersaudara ikut membantu untuk membiayai adiknya sekolah. Biaya makan dan tempat tinggal syukurnya telah ditanggung oleh perusahaan, sehingga pendapatan Johan tidak keluar lagi.
Cuitan teman-temannya kerap kali menimbulkan senyum Johan, matanya yang menampakkan lelah tidak memudari rupa semangatnya. Menjadi operator memang keahlian Johan, walaupun sebelumnya ia bekerja di Sembalun sebagai tukang gali saluran. Ia pun menjadi sangat yakin untuk mengambil pekerjaan di daerah tersebut karena perusahaan dan BMKG menyatakan daerah itu aman. Ketika ditanya apakah ia ingin mencari keahlian lain, ia menyatakan bahwa kedepannya, setelah proyek ini selesai, Johan ingin bekerja lagi sebagai operator alat berat.
Dengan pekerjaannya disini, Johan tidak terlalu sering pulang kampung semenjak ia sampai di Lombok, ia menyempatkan dirinya pulang ke Dompu pada sekitar bulan Mei untuk bertemu keluarga.
Johan bekerja sama dengan dua puluh lima pekerja lainnya. Semangat mereka tentu untuk menciptakan kenyamanan dan keselamatan para pengendara. Di sela gerakan tubuh mereka yang sibuk, tak jarang candaan yang disusul gelak tawa terdengar dari segala sisi, beriringan dengan suara alat bor yang memaksa untuk menembus dinding jalanan yang keras, disambut deburan ombak, tawa mereka tak memudar walaupun debu juga berterbangan dan matahari di atas kepala.
Waktu kerja Johan dan kawan-kawan tak lama lagi, akhir November ini terdapat satu target untuk menyelesaikan bagian penyangga. Dan proyek ini ditargetkan akan selesai pada akhir tahun 2021. Dengan selesainya proyek ini, pengendara tak perlu khawatir lagi. Tikungan daerah Senggigi akan kembali sehat dan baliho “hati-hati rawan longsor” dapat berubah menjadi “selamat menikmati pemandangan Senggigi”.
Kelompok 4 :
Baiq Rara Ayudhia Syaftiana (L1B019023)
Elsa Kurnia (L1B019035)
R.R. Arista Widyadhari S. (L1B019097)