
Mataram, Nusa Tenggara Barat – Di tengah hiruk-pikuk Kota Mataram yang terus berkembang, terdapat sebuah pemandangan yang menggugah hati di salah satu sudut jalan. Seorang pria paruh baya terlihat duduk di trotoar jalan airlangga mataram, bersandar pada gerobaknya yang dipenuhi barang-barang daur ulang.
Pria tersebut adalah salah satu dari banyak pahlawan sunyi kota ini. Ia adalah Bapak NurSaseh (65) yang setiap hari ia memulai rutinitasnya sejak pagi buta, mengumpulkan barang bekas dari berbagai sudut kota. Dengan gerobak sederhana, ia berjalan menantang panas terik dan debu jalanan, berjuang untuk mendapatkan penghasilan yang cukup sekadar menyambung hidup.
“Setiap hari saya keliling dari satu tempat ke tempat lain. Kadang dapat banyak, kadang tidak. Tapi saya harus tetap jalan, karena ini satu-satunya cara saya bisa bertahan,” katanya lirih. Di balik kerja kerasnya, tersimpan realitas pahit tentang ketidaksetaraan sosial yang masih melanda kota ini. Sementara pembangunan terus melaju, masih banyak warga seperti pria ini yang berjuang di bawah bayang-bayang kemajuan.
Trotoar yang ia tempati sementara adalah saksi bisu perjuangannya. Dalam kesederhanaannya, pria ini menunjukkan wajah lain dari Kota Mataram, yang sering kali terabaikan. Gerobaknya, yang penuh dengan harapan dan hasil kerja kerasnya, menjadi simbol perjuangan di tengah kerasnya kehidupan perkotaan.
Cerita pria berumur 65 tahun tersebut adalah pengingat bagi kita semua untuk tidak melupakan mereka yang berjuang di tengah keterbatasan. Di balik megahnya pembangunan dan kemajuan, ada sisi gelap kota yang masih membutuhkan perhatian dan kepedulian kita bersama.