
MATARAM– Tradisi klentang, sebuah kesenian musik khas Lombok yang memiliki sejarah panjang dan nilai budaya yang tinggi, kini berada di ambang kepunahan. Klentang, yang dikenal dengan suara khas dan sering disertai dengan lagu – lagu cilokak, dari alat musik tradisional berbahan bambu dan kayu ini, semakin jarang dipertunjukkan dan mulai dilupakan oleh generasi muda.
Di masa lalu, klentang menjadi bagian tak terpisahkan dari acara-acara adat di Lombok, seperti perayaan panen, acara keagamaan, dan pesta rakyat. Namun, perubahan zaman dan kurangnya regenerasi membuat tradisi ini semakin sulit bertahan, yang dimana saat ini generasi muda lebih tertarik pada hiburan modern, sementara para pemain klentang yang tersisa mulai berkurang karena usia. Klentang dimainkan dengan teknik khusus yang menghasilkan suara unik. Biasanya, alat musik ini dimainkan dalam kelompok, menghasilkan alunan suara ritmis yang harmonis. Para pemain klentang juga biasanya mengenakan pakaian adat Lombok, yang memberikan kesan artistik dan tradisional yang kuat.
Sayangnya, tanpa dukungan serius untuk melestarikan klentang, generasi muda tidak lagi tertarik mempelajarinya, dan bahkan mungkin tidak mengenalinya. Upaya pelestarian sebenarnya telah dilakukan oleh beberapa kelompok masyarakat dan pegiat budaya di Lombok. Mereka kerap mengadakan lokakarya dan pelatihan bagi anak-anak muda, tetapi upaya ini belum cukup luas untuk menjangkau semua kalangan. Diperlukan kolaborasi lebih antara pemerintah daerah, komunitas seni, dan masyarakat setempat untuk menjaga klentang tetap hidup.
Jika tidak segera dilestarikan, klentang akan tinggal sebagai cerita dalam buku sejarah, kehilangan fungsinya sebagai bagian hidup dari budaya Lombok. Dengan upaya yang kolektif, diharapkan klentang dapat tetap dilestarikan dan menjadi kebanggaan masyarakat Lombok, memberikan warna tersendiri pada kekayaan budaya di Indonesia.