Belum lama setelah sang surya menampakkan dirinya, aroma bakpao yang baru matang dan hangat tercium di udara. Berdiri di pinggir jalan dengan gerobaknya, Suhadi yang saat ini usianya sudah menginjak 57 tahun. Setiap hari berjualan bakpao yang putih, lembut, dan juga enak dengan harga Rp. 5000 per satunya. Bakpao yang dijualnya bukan buatan tangan sendiri tapi produk miliki orang, harga ini yang ditawarkan sudah termasuk normal, namun yang menjadi masalahnya adalah Rp. 1000 rupiah merupakan upah yang diberikan padanya untuk tiap piece bakpao yang terjual.

Kehidupan Suhadi

Sudah berjualan bakpao selama lebih dari 2,5 tahun, Suhadi mendapatkan pengalaman yang beragam. Hidup dengan keadaan yang sederhana ditemani dua anaknya, dia tetap enggan bergantung pada mereka. Membawa 125 piece bakpao setiap harinya untuk dijual, tanpa mengenal lelah dia selalu semangat untuk menjemput rezeki yang ada. 

Pagi di sekitar Indomaret Tingar, lalu setelahnya ke arah baret ke Kebon Roek, setelahnya baru ke wilayah sekitaran Udayana, lalu lanjut lagi sampai malam ke wilayah lain. Kerja keras yang tidak bisa dibayangkan, dari pagi sampai malam, tak kenal lelah beliau terus berjualan tanpa kenal lelah. Tutur kata beliau yang halus dan juga ramah saat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan menambah rasa trenyuh dalam hati ini. Dari pagi sampai malam, terus berkeliling untuk menjual bakpao karena penghasilan yang didapat per piece yang terjual. 

Kondisi keluarga 

Kehidupan yang sederhana namun Suhadi tak pernah mengeluh, menjalani semuanya dengan ikhlas dan juga kerja keras. Tinggal di Seganteng dengan
sang ibu dan kedua anaknya, yang sulung pria, yang bungsu perempuan. sang istri yang telah pergi terlebih dahulu meninggalkannya dengan rasa tanggung jawab yang besar  tentu saja sangat berat namun hal ini tidak mematahkan semangat yang dimiliki oleh Suahadi. Tiap hari pergi ke Pelembak untuk mengambil bakpao yang akan di jual dari koperasi di sana. Sang putra yang saat ini sudah bekerja tapi masih dalam masa training, dan sang putri sudah lulus dari sekolah nya di SMK negeri 4 Mataram yang mengambil jurusan tata boga.

Sang putra yang masih training, dan sang putri yang saat ini masih belum menemukan pekerjaan beliau tetap semangat berjualan. Tanpa ingin bergantung pada siapapun karena diri yang terbilang masih kuat dan juga dengan niat yang sangat murni untuk terus menyokong keluarga kecil yang beliau miliki. 

Tantangan menjual bakpao

Makanan satu ini tidak diragukan lagi pasti sudah banyak orang yang mengenalnya. Bentuknya yang bulat besar, putih, lembut, dan juga mengenyangkan. Bakpao sendiri memiliki banyak penikmatnya, namun hal yang menjadi permasalahan adalah banyaknya pedagang bakpao yang lainnya. Hal ini terkadang membuat Suhadi mengalami kesulitan saat berjualan bakpao. Saingan yang banyak dan juga tersebar, menjual hal yang sama dengan rasa yang mirip menjadikan hal ini tantangan tersendiri baginya. Jalanan yang panas dan juga cuaca yang tak menentu kadang bisa menjadi penghalang beliau saat berjualan, akan tetapi setiap hari dengan tekad dan juga semangat yang kuat beliau selalu mendorong gerobak bakpao dan menjajakannya di area yang biasa beliau lewati.

Memandang Masa Depan Suhadi

Hari, bulan, dan tahun perlahan terlewati. Tak terasa ternyata sudah selama itu Suhadi berjualan bakpao, Dengan upah hanya Rp. 1000 per piece bakpaonya. Tanpa lelah dia terus berjualan karena ada beban seorang ayah di punggungnya, panasnya terik matahari tidak menjadi penghalang Suhadi karena saat pulang ke rumah nanti ada senyum yang menunggunya dengan penuh kesabaran.

Semua tenaga dan usaha yang beliau berikan dalam berjualan, jujur dan juga ramah merupakan ciri yang terlihat darinya. Walaupun upah yang diterima terbilang minim, namun sampai sekarang faktanya Suhadi masih bisa menghidupi keluarga kecilnya. Semua jalan yang dipilihnya akan dimudahkan dan juga menjalani semuanya dengan semangat bisa menjadi cerminan contoh yang dapat kita tiru. Tidak mengeluh dan menjalani semua sepenuh hati, merupakan hal yang sangat sulit dilakukan, bagi kebanyakan orang.