Lombok Barat – seorang wanita bernama Rukiyah (65) menjalani kehidupan sebagai penjual kebutuhan harian di pinggir jalan, di kawasan Poh Dodol. Sejak ditinggal suaminya pada 2015, Ibu Rukiyah berjuang sendiri menghidupi lima anaknya, memilih berdagang sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Ibu Rukiyah mulai berjualan sejak 2017, menjajakan air mineral, kopi, dan mi instan di sebuah gerobak kecil. Setiap hari, ia menempuh perjalanan pendek tapi penuh arti dari rumah menuju tempatnya berdagang. Di usia senjanya, ia masih harus menarik gerobak sederhana itu melalui panas dan hujan. Meskipun penghasilannya tidak menentu, berkisar antara Rp50.000 hingga Rp60 Di.000 per hari atau bahkan tidak mendapatkan apa pun, Ibu Rukiyah tetap gigih.

Sebelum berdagang, ia sempat bekerja sebagai petani. Namun, usia dan kondisi yang semakin menantang membuatnya beralih ke usaha kecil di pinggir jalan. Tantangan ekonomi yang dihadapi, termasuk kebutuhan keluarga yang terus meningkat, tidak menyurutkan langkahnya.

Kehilangan suami membuat Ibu Rukiyah harus merangkap peran sebagai tulang punggung keluarga. Meski kehidupan yang ia jalani penuh keterbatasan, ia tidak pernah menyerah. Anak-anaknya menjadi alasan terbesar untuk terus bekerja keras. Dalam kesederhanaannya, ia mengandalkan doa dan ketekunan, berharap hari ini ada rezeki yang mencukupi. “Kalau tidak ada, ya sudah, yang penting sudah berusaha,” ujarnya penuh kesabaran.

Kisah perjuangan Ibu Rukiyah mencerminkan realitas banyak perempuan di Indonesia yang hidup dalam keterbatasan ekonomi namun tetap memiliki tekad kuat demi masa depan anak-anak mereka.