Siapa sih yang ngga suka nasi goreng? Menu makanan favorit hampir semua orang dan makanan yang menggambarkan cita rasa masakan Indonesia. Siapa sangka, sepiring nasi goreng bisa menjadi saksi bisu perjalanan hidup seseorang? Tersimpan kisah perjuangan sepasang suami istri bernama Mas Dede dan Mba Nurhalimah yang berjualan nasi goreng di Ampenan, Lombok.
Nurhalimah, itulah nama seorang perempuan asli Jawa. Saat ini ia berumur 33 tahun. Mba Nur menceritakan awal mula ia menginjakkan kaki di Lombok pada akhir tahun 2012. Dengan semangat yang membara, ia ikut terjun membantu suaminya berjualan nasi goreng. “Ga cuma nasi goreng yang dijual disini, ada beberapa menu lainnya yang pasti jadi menu favorit pelanggan,” kata Mba Nur. “Suka duka pasti ada,” Tapi, kami selalu bersyukur dengan apa yang ada,” ungkapnya.
Perjalanan berjuangan nasi goreng tidak selalu mulus. Ada kalanya mereka harus berjuang keras, bahkan sampai harus meminjam uang dari saudara. Namun, dukungan keluarga dan semangat pantang menyerah membuat mereka bertahan hingga saat ini. “Kami selalu berpikir, rezeki itu sudah ada yang mengatur. Tugas kita hanya berusaha dan bersyukur,” ujar Mba Nur.
Gempa Lombok dan Pandemi Covid-19 menjadi ujian berat bagi pasangan ini. Mereka sempat memutuskan untuk kembali ke Jawa dan mencoba untuk berjualan disana, namun panggilan hati untuk kembali ke Lombok begitu kuat. “Kami merasa Lombok adalah rumah kedua,” ucapnya.
Melalui kisahnya, Mba Nur ingin menyampaikan pesan inspiratif kepada orang lain. “Jangan pernah menyerah pada mimpi. Selalu berusaha dan jangan mudah iri dengan kesuksesan orang lain. Rezeki itu sudah ada yang mengatur,” pesannya.
Kisah Mas Dede dan Mba Nur adalah bukti bahwa dengan kerja keras dan semangat yang tak pernah padam, kita bisa meraih kesuksesan. Nasi goreng yang ia jual bukan hanya sekedar makanan, tetapi juga menjadi simbol perjuangan dan cinta pada keluarga serta kampung halaman.