KKN-PMD UNRAM Melakukan Penyuluhan dan Penanaman Pohon Mangrove Sebagai Upaya Dalam Pengembangan Ekowisata Di Desa Sekotong Tengah.

0
77
Foto bersama dengan Anggota Pokdarwis, Aparat Desa, Dosen Universitas Mataram, Karang Taruna, dan Masyarakat Sekitar di Aula Mangrove Tanjung Batu Desa Sekotong Tengah (2/8/2023).

Lombok Barat – Mahasiswa KKN-PMD Universitas Mataram (UNRAM) Melakukan kegiatan Penyuluhan dan Penanaman Pohon Mangrove Sebagai Upaya Dalam Pengembangan Ekowisata Di Desa Sekotong Tengah Kecamatan Sekotong Lombok Barat NTB Pada Rabu 2 Agustus 2023.

Kegiatan ini dilakukan oleh mahasiswa KKN-PMD Universitas Mataram dengan peserta terdiri dari POKDARWIS Tanjung Batu, Aparat Desa, Karang Taruna, dan Masyarakat sekitar.

Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan penanaman bibit pohon bakau pada tanggal 3-4 Agustus 2023.

Penyuluhan yang dilaksanakan dengan tema “Konservasi Ekosistem Mangrove Sebagai Upaya Dalam Pengembangan Ekowisata Di Desa Sekotong Tengah”.

Selain itu, penyuluhan juga dimaksudkan untuk mendukung upaya rehabilitasi dan memperbaiki ekosistem mangrove serta meningkatkan peran serta masyarakat, pemerintah setempat, dan perguruan tinggi dalam aksi menyelamatkan pesisir pantai.

Konservasi hutan mangrove selain dapat menyerap karbon dioksida juga mampu untuk menekan laju perubahan iklim dan melindungi kawasan pesisir dari gelombang besar yang mengikuti badai tropis. Dapat juga membantu kawasan pesisir menghadapi kenaikan permukaan laut dengan meningkatkan sedimentasi.

Pohon-pohon di hutan mangrove secara otomatis akan beradaptasi terhadap kenaikan permukaan air dan tumbuh beberapa sentimeter di atas permukaan tanah.

Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan dan manfaat yaitu dengan memberikan penyuluhan mengenai pentingnya ekosistem pesisir terutama mangrove, memberikan pengetahuan tentang cara penanaman mangrove, membangun kesadaran masyarakat agar lebih memperhatikan lingkungan dan menjaga ekosistem.

Salah satu kegiatan yang dapat melestarikan ekosistem mangrove sebagai upaya dalam pengembangan ekosistem wisata desa Sekotong Tengah.

Dr. Yuliadi Zamroni, S.S1., M,Si, mengatakan Bahwa Desa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan.

“Sebab dalam suatu struktur kehidupan masyarakat desa menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.Salah satunya adalah Desa wisata mangrove Tanjung Batu di Sekotong Tengah”,ucapnya.

Dinas Pariwisata NTB menyatakan Sekotong Tengah adalah wilayah yang memiliki potensi Mangrove yang saat ini sedang dikembangkan di Kabupaten Lombok Barat.

Dalam rangka pengembangan kawasan ini, Dinas pariwisata bersama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif membangun komitmen untuk memperkuat tata kelola, kelompok sadar wisata, dan pengelolaan aktivitas kelembagaan lainnya di wilayah ini (Dispar Lombok Barat, 2020).

“Mangrove Tanjung Batu secara administratif masuk dalam Kawasan Ekosistem Esensial Koridor Mangrove Teluk Lembar, Kecamatan Sekotong,”jelas Dispar NTB dalam kesempatan tersenut.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa kawasan Sekotong Tengah pada periode tahun 2005-2015 mengalami peningkatan luasan kawasan mangrove yang cukup tinggi yaitu sekitar 7 ,03 Ha.Namun luasan ini mengalami penurunan pada periode 2015-2019 sebesar 4,15 ha atau 17,08%, penurunan jumlah luasan ini diduga akibat adanya pembagunan dan perluasan kawasan pelabuhan di sekitar peisisir Teluk Lembar.

Penurunan jumlah luasan ini tentu saja sangat mengkawatirkan mengingat kawasan Teluk Lembar merupakan kawasan peisisir yang rentan terhadap perubahan garis pantai, abrasi dan intrusi air laut.

Dr. Yuliadi Zamroni, S.S1., M,Si sebagi narasumber pada kegiatan penyuluhan juga mengatakan “untuk rehabilitasi ekosistem mangrove dilakukan beberapa tahapan, meliputi Identifikasi Lokasi,Identtifikasi Bibit ,Menentukan Musim Tanam, Menentukan Pola Tanam, Melakukan Penanaman,dan monitoring.

Berikut tahapan tahapan yang dijelaskan narasumber pada penyuluhan yang berlangsung di aula mangrove sekotong tengah.

1.Identifikasi Lokasi Penanaman

Pada tahap awal dilakukan identifikasi lokasi menyesuaikan habitat pertumbuhan mangrove berdasarkan kondisi ekologi dibutuhkan sebagai acuan kelayakan lokasi berdasarkan parameter kesesuaian habitat. Parameter tersebut terdiri atas pasang surut, substrat, C- organik, salinitas, jumlah jenis mangrove dan Ph.

2. Identifikasi Bibit

Kedua yaitu identifikasi bibit, sebelum melakukan waktu penanaman terlebih dahulu dilakukan pemilihan jenis bibit sesuai dengan lahan yang ada di mangrove tanjung batu.

3. Menentukan Musim Tanam

Ketiga yaitu menentukan musim tanam, iklim memperngaruhi perkembangan tumbuhan dan perubahan faktor fisik substrat dan air. Pengaruh iklim terhadap perkembangan mangrove melalui cahaya, curah ujan, suhu dan angin. Mangrove adalah tumbuhan long day plants yang membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi sehingga sesuai untuk hidup di daerah tropis (pencahayaan mempengaruhi pertumbuhan mangrove).

4. Menentukan Pola Tanam

Ke empat menentukan pola tanam, penanaman bibit pohon mangrove harus dikelompokan sesuai dengan jenisnya. Hal ini dilakukan mengingat pada kondisi alami, mangrove membentuk tegakan murni yang berarti di temukan secara berkelompok sesuai dengan jenisnya.

Penanaman mangrove sebaiknya dilakukan pada saat air laut surut. Namun demikian, apabila keadaan tidak memungkinkan,maka penanaman mangrove bisa tetap dilaksanakan pada saat air tergenang dengan syarat pada saat melakukan penanaman akar bibit benar-benar tertancap dengan baik di sedimen dan terikat kuat di smaping ajirnya.

5. Penanaman

Penanaman Bibit Bakau oleh Mahasiswa Universitas Mataram di Mangrove Tanjung Batu Desa Sekotong Tengah (2/8/2023).

Kelima yaitu melakukan penanaman
Pada tahap ini, pohon mangrove ditanam menggunakan ajir. Penggunaan ajir berguna untuk menjaga pohon magrove tidak tumbang ketika terkena ombak.

Jarak tanam adalah kurang lebih 1 m x 1 m. Mangrove ditanam di lahan yang telah disediakan dengan cara membuat lubang di dekat ajir-ajir, dengan ukuran lebih besar dari ukuran polibag dan dengan kedalaman dua kali lipat dari panjang polibag.

Bibit ditanam secara tegak ke dalam lubang yang telah disediakan dengan cara melepaskan bibit dari polibag secara hati-hati, dan jangan sampai merusak akarnya.Bibit yang telah ditanam, batangnya diikat dengan ajir-ajir, supaya tidak mudah rebah bila terjadi air pasang.

6. Monitoring

Tahapan yang terakhir yaitu melakukan monitoring, Monitoring struktur komunitas mangrove bertujuan untuk menyediakan informasi bagi pengelola kawasan secara berkala untuk penyusunan kebijakan-kebijakan dan strategi pengelolaan yang dibutuhkan dalam kegiatan pengelolaan berkelanjutan dalam upaya mempertahankan atau meningkatkan fungsi dan jasa ekosistem mangrove.

Sebagai contoh, mangrove yang memiliki tingkat ancaman yang sangat tinggi terhadap penebangan dan kondisi yang semakin rusak, maka pengelola kawasan perlu melakukan sebuah program edukasi dan penyadaran masyarakat tentang fungsi dan jasa ekosistem mangrove terhadap masyarakat.

Selain itu, strategi pengawasan juga bisa diterapkan sistem kolaborasi dengan partisipasi masyarakat serta jika dibutuhkan pengelola melaksanakan kegiatan rehabilitasi pada kawasan mangrove yang sudah ditebang dengan berbagai macam pemangku kepentingan.

Contoh lainnya, pada kawasan mangrove yang masih baik, bersih dan estetika yang baik, dapat digunakan sebagai laboratorium alami dan dikontribusikan untuk sarana pendidikan dan penelitian, atau bahkan ekowisata. Kondisi mangrove yang dinamis akan membutuhkan kebijakan pengelolaan yang adaptif.

Dengan adanya kegiatan penyuluhan dan penanaman bibit pohon mangrove ini diharapkan dapat mengurangi dampak perubahan iklim dan menguatkan ekosistem lingkungan yang dapat dirasakan dan di nikmati oleh generasi seterusnya dan dapat menunjang ekowisata yang lebih bermanfaat di Sekotong Tengah.