Gerung- Muniroh (60) dengan lincah dan gesit memilih sampah yang diambilnya di Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) Kebon Kongok , Lombok Barat. Wanita yang sudah hampir 6 tahun mengais rezeki sebagai pemulung, tidak menghiraukan bau yang menyengat dan banyak lalat ini. Sesekali ia mengusap keringat di dahinya dengan tangan karena panas yang terik, kemudian melanjutkan kembali pekerjaannya.

Ia sangat bersyukur dengan pekerjaan yang dilakukannya sekarang, karena dapat mencukupi dan membantu suaminya dalam mencari nafkah keluarga.

Ndak ada pekerjaan lain nak , untung ada TPA kebon kongok ini, dari sini saya bisa mencari nafkah , dan alhamdulillah mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari. Sebetulnya sampahnya yang semakin meningkat, dan saya bersyukur bisa membantu suami dalam ekonomi,”ucapnya saat ditemui di TPA Kebon Kongok, (13/12/2019).

Dia mengatakan, sehari rata-rata penghasilan yang didapatnya dari mengambil barang sisa 50 ribu rupiah. Barang-barang tersebut di hargai 150 ribu rupiah. Harga tersebut jika barang tidak dipilih atau dikelompokkan menurut jenisnya. Kalau misalkan dipisah, nilainya semakin bertambah.

Senada dengan Ibu Muniroh, pemulung lainnya mengatakan, untuk penghasilan tidak menentu dikarenakan kaleng dan botol bekas ini sangat ringan juga harganya tidak seberapa.

“Untuk penghasilan tidak menentu kadang mendapatkan 30 ribu rupiah,  ada juga lebih dari itu. Kaleng dan botol ini kan ringan dan juga harganya tidak seberapa,” ujarnya.

Mereka melanjutkan untuk aroma di sekitar sampah sudah bersahabat dengannya sehingga tidak tercium lagi. Untuk menjaga kesehatannya ia cuci tangan dengan sabun hingga bersih minimal tiga kali.

“Kalau menjaga agar tetap sehat setelah bekerja, kami cuci tangan hingga tiga kali sebelum makan cuci lagi sehingga bersih supaya bakteri di tangan hilang atau mati,”  pungkasnya. (ey)