Pertarungan dua pepadu legendaris Arya Kamandanu VS Guntur Telu, Oktober 2019

Peresean adalah salah satu seni tradisional pertarungan antara dua orang petarung yang disebut pepadu (jawara) asli Lombok. Kesenian ini merupakan salah satu dari sekian banyak warisan kekayaan budaya di Pulau Lombok. Peresean juga budaya simbol kejantanan pemuda suku Sasak di pulau Lombok. Pertarungan demi pertarungan telah dilangsungkan, yang dimana dari setiap laga melahirkan legenda legenda petarung. Apa jadinya bila para legenda tersebut bertemu dalam satu arena pertarungan, tentu saja akan tercipta pertarungan yang begitu sengit dan mendebarkan di lapangan umum rumbuk kabupaten Lombok Timur, Sabtu (05/10/2019).

            “ ini pertarungan yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat disini, karena mereka bertarung untuk menyambung tali silaturahmi antar pepadu peresean yang pada masanya dikenal sangat kuat untuk mewakili desa masing-masing. Jadi ini bukan pertarungan yang mencari kalah dan menang tetapi ini hanya ajang silaturahmi saja tetapi tetap saja sengit pastinya” ujar Amaq Mila selaku panitia pelaksana.

Diterangkan kembali oleh Amaq Mila, kegiatan ini berlangsung selama lima hari dan pertarungan di hari terakhir adalah yang paling ditunggu, dikarenakan pertarungan terakhir ini menghadirkan para legenda tersebut dan ditutup dengan penampilan terakhir dari dua pepadu ternama yaitu Arya Kamandanu (Haji Rijal) melawan Guntur Telu (Musti).

“Pertarungan kedua pepadu ini merupakan penampilan yang sangat di tunggu-tunggu oleh seluruh penonton. Karena mereka merupakan petarung legendaris yang dikenal sebagai petarung yang tangguh.” tuturnya kembali.

            Menurut sumber sejarah yang ada, Peresean ini dulunya merupakan luapan emosional para Raja dan para prajurit setelah memenangkan pertempuran di medan perang. Selain itu Peresean ini juga merupakan media untuk para petarung dalam menguji keberanian, ketangguhan dan ketangkasan mereka dalam bertarung. Kesenian ini terus berlanjut sampai sekarang di kalangan masyarakat Suku Sasak hingga menjadi suatu tradisi.

            Seperti yang disebutkan di atas, kesenian ini merupakan media bagi para petarung atau para lelaki dalam menguji keberanian, ketangguhan, dan ketangkasan mereka. Walaupun terdapat unsur kekerasan di dalamnya, namun Peresean memiliki pesan damai. Setiap petarung yang ikut dalam pertunjukan tersebut dituntut memiliki jiwa pemberani, rendah hati, dan tidak pendendam.

            “semoga saja dari kegiatan ini, kesenian ini masih tetap bisa terjaga dan mampu melahirkan petarung petarung handal”pungkasnya.