Ditengah padatnya Kota Mataram, tidak menghentikan suara mesin penggiling kedelai, hangatnya ruangan dan aroma khas kedelai yang memenuhi ruangan, tidak menyurutkan semangat Taswiri (29) sebagai pekerja pabrik tahu sederhana dan tradisional. Meskipun ribuan pesaing pelaku pembuat bahan pokok memenuhi perkotaan, dukungan keluarga dan rekan kerja lainnya membuat pabrik tahu ini bertahan hingga puluhan tahun lamanya demi melengkapi sepiring makanan konsumen dan menjadi andalan di daerah Kekalik.

Taswiri, salah satu pekerja pabrik rumahan pembuat tahu, merupakan warga asal Kekalik, Mataram. Ia membuat tahu selama 13 tahun lamanya, yang merupakan mata pencaharian utamanya. Motivasinya untuk membuat tahu adalah karena para rekan kerjanya disana, dan sekaligus sebagai penerus dari pembuat tahu. Produksi tahunya terkenal di daerah Kekalik, karena distribusnya ke kelontong, pasar tradisional, dan diantar langsung ke rumah makan sekitar Kekalik.
Proses pembuatan tahu UKM Mekar Sari ini tergolong sederhana dan masih dikerjakan secara manual oleh para rekan kerjanya. Menurut pria satu anak tersebut, hal ini menjadi unggulan produknya karena sentuhan langsung dari pekerja tahu lebih mendominasi, tidak terlalu banyak menggunakan mesin, dan membuat cita rasa yang khas. “Kita cuma pake mesin penggiling aja, masih manual kok, tapi bisalah untuk diadu (disandingkan) sama dagangan lain”. ungkap pria 29 tahun tersebut.
Bahan-bahan untuk membuat tahu berasal dari kedelai. Dalam prosesnya, kedelai direndam dengan air selama enam sampai tujuh jam. Kemudian digiling menggunakan mesin penggiling. Mesin inilah yang menemani produksi pembuatan tahu selama puluhan tahun lamanya. Hasil gilingan tersebut kemudian direbus menggunakan tungku sederhana yang bahan bakarnya menggunakan kulit kacang. Ini unik, karena dari sekian banyaknya bahan untuk dijadikan bahan bakar, kulit kacang dijadikan bahan bakar utamanya. Alasannya karena menjaga suhu api stabil dan tidak terlalu besar. “Iya, ini kulit biji kacang untuk bakarnya, supaya tidak terlalu besar dan tetep stabil apinya” ungkapnya Taswiri sambil mengambil istirahat pendek.

Proses pencetakan tahu juga masih meggunakan kayu. Setelah adonan tahu jadi, kemudian dituangkan ke dalam empat cetakan kayu. Kemudian ditekan menggunakan batu diatasnya. Hal ini bertujuan untuk mengeluarkan sisa air dalam adonan. Setelah beberapa menit, adonan diangkat dan ditaruh dilemari tahu untuk selanjutnya dijual. Proses sederhana yang bisa dilakukan oleh satu orang. “Saya biasa sendiri untuk mengerjakannya, karena emang lebih enak (nyaman) sendiri untuk buatnya, gampang juga kok buatnya, asal udah punya pengalaman aja, kadang saya juga berdua. Selain itu kan ruangan sempit, jadinya tidak cocok buat orang banyak”. Ungkap Taswiri sambil terus mempersiapkan adonan tahu selanjutnya.