“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” Q.S. Muhammad (:7)
Begitulah bunyi ayat Al-Qur’an yang memotivasi pendiri Pondok Pesantren Al-Muslimun NWDI di Meninting, Lombok Barat. Bapak H. Musgep dan Ibu Hj. Safuriah adalah kedua tokoh pendiri pondok pesantren ini. Bagi mereka, kesempatan menuntut ilmu untuk warga Dusun Tegal Meninting sangatlah penting. Hal ini sesuai dengan yang diajarkan oleh agama Islam itu sendiri, bahwa menuntut ilmu itu wajib. Sayangnya keadaan masyarakat Dusun Tegal membuat mereka menganggap pendidikan sekolah bukanlah prioritas. Akan tetapi, dengan semangat yang tinggi, pendiri Pondok Pesantren Al-Muslimun NWDI pun berusaha agar setiap anak bisa merasakan pendidikan yang layak. Nilai inilah yang dijaga oleh para penerus pondok pesantren hingga sekarang.
Pada tahun 1980-an, banyak masyarakat Dusun Tegal Meninting yang terpaksa putus sekolah. Hal ini dikarenakan faktor biaya dan jarak ke sekolah yang jauh. Maklum, posisi dusun berada cukup jauh dari kota yang menjadi pusat institusi pendidikan layak. Kondisi ini membuat masyarakat merasa bahwa pendidikan menjadi hal kesekian untuk mereka perhatikan. Ada kebutuhan sehari-hari yang lebih penting untuk dipenuhi lebih dulu. Maka daripada itu, mayoritas masyarakat hanya lulusan SMP atau SMA.
Melihat keadaan ini, Bapak H. Musgep dan Ibu Hj. Safuriah pun tergerak hatinya. Pada tahun 1983, mereka mendirikan madrasah diniyah untuk membantu anak-anak putus sekolah dari keluarga nelayan miskin. Madrasah ini berfokus dalam memberikan pendidikan agama kepada anak-anak mengalami kesulitan untuk bisa mengakses pendidikan yang layak. Pendirian madrasah diniyah pun dirasa cukup membantu masyarakat dalam mendidik anak-anak penerus generasi bangsa.
Seiring berjalalannya waktu, madrasah diniyah berkembang menjadi Madrasah Ibtidaiyah yang setara dengan tingkat sekolah dasar. Hal ini dilakukan untuk mencukupi kebutuhan pendidikan umum anak-anak Dusun Tegal Meninting. Pendirian MI dilakukan secara bertahap, yakni dengan membuka dua kelas terlebih dahulu. Anak-anak yang masih kecil dimasukkan ke dalam kelas satu, sementara yang terlihat lebih besar dimasukkan ke kelas dua. Selain dari Dusun Tegal, siswa-siswi juga berdatangan dari Dusun Penyangget dan Motong Buwuh. Biaya pendidikan yang sedikit menjadi daya tarik dari MI ini. Bahkan, MI tidak segan untuk menggratiskan biaya pendidikannya. Maka daripada itu, sekolah ini menjadi tempat bagi anak-anak putus sekolah karena faktor ekonomi.
Upaya pemerataan akses pendidikan tidak berhenti sampai di situ saja. Setelah siswa-siswi MI lulus, Bapak H. Musgep dan Ibu Hj. Safuriah melihat ketidakmampuan anak-anak tersebut untuk melanjutkan pendidikan. Faktor ekonomi lagi-lagi menjadi alasan utama. Maka daripada itu, pada tahun 1992, Madrasah Tsanawiyah didirikan. Dengan keterbatasan gedung, siswa MTs dan MI pun harus saling berbagi gedung. Akan tetapi, tidak dibiarkan begitu saja, pengembangan perlahan-lahan dilakukan. Gedung baru dibangun, fasilitas pun dilengkapi, sehingga siswa-siswi MTs bisa belajar di gedung mereka sendiri.
Sebelum kelulusan angkatan pertama MTs terjadi, pendiri pondok pesantren sudah mengantisipasi kemungkinan siswa tidak melanjutkan pendidikan karena biaya. Oleh karena itu, pada tahun 1995, didirikanlah Madrasah Aliyah atau yang setingkat dengan sekolah menengah atas. Betul saja, mayoritas alumni MTs langsung mendaftarkan diri di MA ini. Dengan jumlah siswa sekitar 60-70 orang, MA beroperasi dengan 2 kelas yang ada. Pengembangan institusi pendidikan ini pun sampai hingga pendirian pondok pesantren. Pada awalnya, pondok hanya ditujukan bagi siswa Dusun Tegal. Akan tetapi,minat masyarakat memasukkan anak ke pondok meningkat. Hal ini dikarenakan masyarakat melihat para santri, yang masuk pondok pesantren, berkembang lebih baik dibandingkan siswa-siswi biasa. Maka daripada itu, Pondok Pesantren Al-Muslimun NWDI pun dibuka untuk umum.
Hingga kini, Pondok Pesantren Al-Muslimun NWDI telah memiliki lebih dari 600 santri dengan fasilitas pendukung sejumlah 23 ruang kelas, dua ruang perpusatakan, dan tidak lupa satu lab komputer. Fokus materi yang diajarkan meliputi Tilawatil Quran, Tahfizul Quran, kajian Kitab Kuning, kursus Bahasa Inggris, dan kursus Bahasa Arab. Beberapa program ekstrakurikuler juga disediakan berupa pramuka, drum band, pencak silat, klub sepak bola, kasidah, seni teater,dan perfilman. Hal ini sangat menarik mengingat jarang sekali ada pondok pesantren yang menyediakan ekstrakurikuler film. Bagi Pondok Pesantren Al-Muslimun NWDI, film termasuk dalam upaya dakwah dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain pendidikan akademik, ponpes ini juga menyiapkan para santri agar bisa mencari nafkah sendiri melalui pendidikan wirausaha budidaya jamur tiram, pembuatan kerupuk jamur tiram, pengelolaan sampah menjadi barang berguna, dan pembuatan kompos dari sampah organik.
Beberapa tradisi yang kerap dijalankan di pondok pesantren ini adalah hiziban setiap malam Jumat. Hiziban adalah tradisi membaca doa secara berkelompok untuk memohon pertolongan dan bimbingan dari Allah SWT. Kemudian, di pondok putri terdapat satu tradisi sendiri. Setiap dua minggu sekali, dilaksanakan pentas seni pada malam Minggu. Keunikan pondok pesantren juga terdapat pada metode belajar yang dipadukan antara metode modern dan klasik. Lokasi pembelajaran tidak terbatas pada ruang kelas, melainkan juga di mushala dengan cara sorogan atau bersila.
Hingga kini, Pondok Pesantren Al-Muslimun NWDI masih harus berhadapan dengan stigma masyarakat yang merasa pendidikan sekolah tidak penting. Para pengurus tetap berusaha meyakinkan siswa dan orang tua terkait pentingnya ilmu pengetahuan untuk masa depan. Upaya yang dilakukan agar masyarakat tidak perlu ragu menyekolahkan anaknya yaitu dengan tidak memberatkan biaya sekolah. Orang tua diperbolehkan membayar SPP dengan ikan hasil pancing, penagihan biaya SPP juga tidak ditekankan kepada orang tua maupun siswa. Semuanya agar anak-anak mau fokus untuk menuntut ilmu.
Melalui perjalanan panjang dan dedikasi para pendiri serta penerusnya, Pondok Pesantren Al-Muslimun NWDI terus berusaha membuktikan bahwa pendidikan sangatlah penting untuk masa depan. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, pondok ini tetap berdiri kokoh dengan semangat keikhlasan dan pengabdian kepada masyarakat. Tidak hanya menjadi pusat pendidikan agama, Pondok Pesantren Al-Muslimun NWDI juga melahirkan generasi yang siap bersaing di era modern dengan bekal keterampilan yang memadai. Pesantren ini menjadi bukti nyata bahwa dengan niat yang tulus dan usaha yang berkelanjutan, perubahan positif bisa diwujudkan, meski dilakukan secara perlahan.