Pak Seron sedang menyajikan bakso untuk pelanggannya

Mataram – Di sebuah sudut kota Mataram yang padat, terdengar deru roda gerobak dan suara mangkuk bakso yang beradu, pertanda bakso gerobak Pak Seron siap disajikan. Sudah lebih dari dua dekade, Pak Seron setia mendorong gerobaknya, menjajakan bakso dari jalan ke jalan. Kisah hidupnya adalah cerminan dari ketekunan dan perjuangan tanpa henti. Dari hasil berjualan bakso, Pak Seron tidak hanya menghidupi keluarganya, tetapi juga berhasil menyekolahkan anak-anaknya ke perguruan tinggi. Di balik senyumnya yang hangat dan keramahan yang tulus saat melayani pelanggan, terdapat kisah perjuangan keras yang panjang. Siapa sangka, dari bakso gerobak yang sederhana, Pak Seron mampu mewujudkan mimpi yang mungkin bagi sebagian orang terlihat mustahil: memberikan pendidikan tinggi untuk anak-anaknya.

Pak Seron memulai usahanya pada awal tahun 1980-an, ketika ekonomi keluarga sedang berada di titik terendah. Kala itu, ia bekerja serabutan, dari buruh bangunan hingga menjadi pengayuh becak. Namun, penghasilannya selalu pas-pasan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan dua anak yang masih kecil, ia mulai berpikir bagaimana caranya memberikan kehidupan yang lebih baik bagi keluarganya. “Dulu, saya sempat bingung mau kerja apa. Yang penting halal, itu saja sudah cukup,” kenang Pak Seron. Namun, keberuntungan datang ketika seorang teman mengajaknya untuk mencoba berjualan bakso. Bermodalkan gerobak pinjaman dan keterampilan membuat bakso yang dipelajarinya dari sang teman, Pak Seron memberanikan diri terjun ke dunia usaha kecil tersebut.

Di awal, usaha berjualan baksonya tidak mudah. “Gerobak itu dulu saya dorong dari pagi sampai malam, hujan atau panas, tidak ada yang bisa menahan saya,” katanya. “Kadang seharian hanya dapat beberapa mangkuk yang laku, tapi saya tidak menyerah.” Ia tahu bahwa berjualan bakso bukanlah pekerjaan yang menghasilkan keuntungan besar dengan cepat. Namun, ia percaya bahwa jika ia bekerja keras dan konsisten, hasilnya akan mengikuti.

Pak Seron dan istrinya selalu mengutamakan pendidikan bagi anak-anak mereka, meskipun mereka tahu bahwa biaya pendidikan tidaklah murah. “Saya selalu bilang ke anak-anak, meskipun saya hanya jualan bakso, kalian harus sekolah setinggi-tingginya,” ucapnya tegas. Sejak awal, ia dan istrinya sepakat untuk menyisihkan sebagian penghasilan dari jualan bakso untuk tabungan pendidikan anak-anak mereka. Meskipun dalam kondisi sulit, Pak Seron selalu berusaha memastikan bahwa anak-anaknya tidak pernah putus sekolah. Setiap hari, setelah pulang berjualan, Pak Seron selalu menyempatkan diri untuk membantu anak-anaknya belajar. “Saya mungkin tidak sekolah tinggi, tapi saya tahu bahwa pendidikan itu penting,” katanya.

tampilan fisik gerobak bakso pak Seron

Tak jarang, Pak Seron harus bekerja ekstra keras ketika ada kebutuhan mendesak, seperti pembayaran uang sekolah atau keperluan buku. “Kalau ada biaya sekolah yang mendesak, saya kadang jualan sampai larut malam atau ambil pesanan bakso untuk acara-acara kecil di sekitar,” ungkapnya. Kerja keras Pak Seron pun mulai membuahkan hasil. Anak pertama Pak Seron, Rina, berhasil lulus dari SMA dengan nilai yang memuaskan dan diterima di salah satu perguruan tinggi negeri ternama di kota. “Ketika Rina lulus SMA dan diterima di universitas, saya tidak bisa menahan air mata. Saya merasa perjuangan saya tidak sia-sia,” katanya sambil tersenyum. Meski bangga, Pak Seron menyadari bahwa tantangan berikutnya adalah bagaimana membiayai pendidikan perguruan tinggi Rina. Namun, ia tidak gentar. Dengan semangat yang sama seperti ketika pertama kali memulai jualan bakso, Pak Seron semakin giat bekerja. “Saya bilang ke Rina, selama saya masih bisa dorong gerobak ini, saya akan berusaha biayai kuliahmu,” kenang Pak Seron.

Tidak berhenti sampai di situ, anak kedua Pak Seron, Reno, juga mengikuti jejak kakaknya. Setelah menyelesaikan SMA dengan baik, Reno pun diterima di perguruan tinggi di Universitas Bumi Gora. Bagi Pak Seron, keberhasilan anak-anaknya ini adalah buah dari kerja keras dan ketekunan yang telah ia tanamkan sejak mereka kecil. “Kalau melihat anak-anak sekarang sudah di perguruan tinggi, rasanya seperti mimpi. Dulu saya hanya bisa berdoa, semoga Allah memberikan jalan,” kata Pak Seron penuh haru. Kedua anaknya kini tengah menempuh pendidikan di perguruan tinggi, Rina di fakultas Ekonomi dan Reno di fakultas Teknik, dua bidang yang sangat dibanggakan oleh Pak Seron.

Namun, perjalanan Pak Seron tidak selalu mulus. Ketika pandemi COVID-19 melanda, penjualan bakso Pak Seron merosot drastis. Banyak pelanggannya yang memilih untuk tidak makan di luar, dan acara-acara yang biasanya memesan bakso juga dibatalkan. “Saat pandemi, itu benar-benar masa sulit. Banyak hari di mana saya tidak dapat apa-apa. Sempat bingung bagaimana bisa terus membiayai sekolah anak-anak,” ucap Pak Seron mengenang masa sulit tersebut. Namun, meskipun pandemi menjadi tantangan besar, Pak Seron tidak patah semangat. Ia mulai berinovasi dengan menjual bakso secara daring dan menawarkan layanan antar ke rumah-rumah pelanggan. “Waktu itu saya belajar sedikit-sedikit tentang aplikasi pesan antar. Saya ajak anak-anak untuk membantu, dan alhamdulillah, pelan-pelan penjualan mulai naik lagi,” katanya.

Keberhasilan Pak Seron dalam menyekolahkan anak-anaknya hingga ke perguruan tinggi adalah bukti nyata bahwa cinta, pengorbanan, dan kerja keras bisa mengalahkan segala rintangan. Meski hanya dengan gerobak bakso yang sederhana, Pak Seron mampu memberikan masa depan yang lebih baik bagi keluarganya. “Saya selalu percaya bahwa rezeki sudah ada yang mengatur. Selama kita berusaha, Allah pasti membantu. Saya hanya berharap anak-anak bisa hidup lebih baik dari saya, dan mereka bisa meraih impian mereka,” kata Pak Seron dengan wajah penuh harapan. Kini, setiap kali ia mendorong gerobaknya, Pak Seron tidak lagi hanya sekadar menjual bakso. Ia membawa mimpi-mimpi besar yang telah diwujudkannya melalui ketekunan dan cinta kepada keluarga. Di antara aroma kuah bakso dan hiruk-pikuk kota, Pak Seron adalah simbol perjuangan tanpa lelah, seorang ayah yang rela melakukan apa saja demi masa depan anak-anaknya.

Di usia yang sudah tak muda lagi, Pak Seron masih setia berjualan bakso di jalan-jalan yang telah ia kenal selama bertahun-tahun. Dengan penuh kebanggaan, ia selalu mengingatkan anak-anaknya, “Bapak mungkin hanya jualan bakso, tapi dari bakso ini kalian bisa sekolah, kalian bisa meraih mimpi kalian.”