
Kehidupan Desa tentu tidak terlepas dengan keadaan alamnya yang masih asri, sungai yang berkelok indah, sawah yang hijau menyegarkan mata, perkebunan warga yang penuh dengan buah dan sayur, hingga hutan lebat yang masih terjaga dengan baik.
Desa Andalan menjadi salah satu Desa yang menyimpan keindahan alami jauh di tengah permukiman warga yang tersembunyi mendekati bukit-bukit dikaki gunung rinjani. Terletak tepat di bawah kaki rinjani menjadikan desa ini hadir dengan penuh misteri dibalik keindahannya, salah satunya ialah misteri hutan adat.
Hutan adat Desa Andalan tepatnya berada di Dusun Pawang Tenun, Dusun tertinggi dan terjauh dari dusun-dusun lainnya di Desa ini. Luas hutan ini mencapai 12 HA, dengan keadaan alam yang masih terjaga dengan alami, tak pernah ada penebangan sampai ranting kayu keringpun tak pernah ada yang keluar dari hutan ini, dikenal dengan nama hutan adat karena hutan ini begitu dijaga dan dilestarikan dengan adat dan budaya daerah setempat yang dimulai dari para leluhurnya.
Unsur mistis dan juga rumor hingga mitos tentu tak terlepas dari hutan adat ini, memang tak ada aturan untuk seseorang yang ingin masuk ke dalamnya, namun tak sembarang orang yang berani memasukinya, namun jika ingin masuk harus dengan permisi dengan mengucapkan tabek(permisi dalam Bahasa sasak), tabek lokak (permisi untuk leluhur). Hutan adat memberi banyak manfaat bagi masyarakat Desa Andalan, namun tidak boleh ditebang oleh masyarakat, lebih-lebih untuk kepentingan pribadi, jika ada yang menebang pohon di dalam hutan adat maka ia akan dianggap berdosa oleh para leluhur dan harus membayarnya dengan satu ekor kerbau, namun jika tidak mengikuti hukum adat maka orang tersebut harus meninggalkan Desa ini, ungkap Bapak Marzuki ketua adat di Desa Andalan.
Namain menjadi salah satu ritual adat yang dilaksanakan dalam hutan adat ini yang dilaksanakan satu kali setahun sekitar bulan juni, konon pada zaman dahulu ada seorang putri kerajaan yang suka menenun yang kemudian hilang di hutan tersebut, setelah kehilangannya masyarakat mendengar suara sang putri yang mengatakan “jika ingin bertemu dengan saya, adakan ritual adat”. Kemudian dari saat itu masyarakat mulai melaksanakan adat namain seperti permintaan sang putri juga sebagai bentuk syukur masyarakat atas berkah alam di Desanya, adat Namain dilaksanakan dengan adat dan aturan masyarakat setempat yakni dengan memakai kemben untuk perempuan (memakai kain sampai dada), memakai dodot dan sapu’ (baju adat sasak) untuk laki-laki. Selain aturan pakaian yang harus dikenakan saat memasuki hutan adat, masyarakat juga membawa timbung (makanan yang terbuat dari ketan yang dimasukkan ke dalam bamboo lalu dibakar).
Hingga saat ini, hutan adat Desa Andalan masih terjaga dengan baik dengan diselimuti berbagai misteri yang belum terpecahkan, selain kisah sang putri tenun masyarakat juga percaya bahwa di dalam hutan adat terdapat sebuah makam yang dijadikan tempat memohon hajat oleh masyarakat. Letak tepatnya makam tersebut masih banyak yang belum mengetahuinya juga siapa yang telah dikuburkan disana, namun kepercayaan tentang makam di dalam hutan tersebut masih bergulir di tengah masyarakat.