infolombok– kegiatan adat mujawali untuk memperingati leluhur didesa tebango, lombok utara yang di ikuti oleh masyarakat setempat yang berlangsung selama dua hari 1 malam (10/13/19).
Upacara Muja dipimpin oleh belian (orang yang memberikan persembahan) dan pemangku (pemimpin upacara persembahan) dan tokoh pemangku ini terdiri dari tiga tokoh dan masing masing mempunyai nama dan tugas masing masing dan nama dari masing-masing pemangku ini yaitu:
1.Mangku penghulu ,dimana mangku penghulu ( jari le julu) artinya mangku pengulu ini brtugas menjadi yang terdepan dan menghendel jalannya upacara muja tersebut
2. Mangku pesalin , dimana mangku pesalin ,kata mangku berasal dari bahasa indonesia dan lebih seknipikan dengan kata pemangku jadi secara epistemology kata pemangku artinya orang yang memangku,mengelola sedangkan pesalin yang berasal dari bahasa sasak artinya mengganti ,jadi secara epistemologinya mangku pesalin adalah orang yang memangku atau mengelola dibagian persalinan yang berkenaan dengan tata hias leluhur
3. Mangku tunang tekang ,kata tunang tekang berasal dari bahasa sasak ,kata tunang artinya menurunkan , sedangkan tekang artinya menaikan jadi mangku tunang tekang adalah orang yang memangku dan mengelola dibagian sesajen yang diberikan kepada leluhur .
Dari ketiga pemangku tersebut jika memang dari salah satu dari mereka yang setidaknya tidak mampu lagi menjalankan tugasnya ( sudah tua ) maka masyarakat pepujan orong pak penasan, kalipucak baru satan ,ini mengadakan sangkep ( musyawarah) untuk memilih pemangku baru ,dan dalam pemilihan mangku ini dipilih berdasarkan garis keturunan leluhur yang sekiranya memiliki hubungan kekelurgaan dari mangku yang lama.
Acara adat ini di lakukan untuk mengormati leluhur serta nilai-nilai budaya , spritual dan adat yang di pertahankan warga setempat, kegiatan ini berlangsung selama dua hari satu malam. pertama dilakukan ritual adat mengelili desa tebango bolot dan ditutup dengan tarian-tarian tradisional.
Semua ini telah menjadi bagian dari cara hidup yang secara tersirat mengandung budaya puja yang yang sejak dahulu tertanam pada nenek moyang kuhususunya dan masyarakat budhis k.l.u. Tidakdiragukan lagi semua itu adalah warisan para leluhur yang tidak mungkin dihapus dan dilupakan. Akar budaya dan tradisi tersebut telah tertancap sangat dalam dan kuat dihati sanubari masyarakat Buddhis di Lombok Utara. Hal itu nampak jelas bagaimana masyarakat menyambut dan melaksanakan tradisi Muja dengan begitu antusias. Upacara yang disambut dengan meriah, bergotong royong sebagai ikatan kehidupan bertetangga yang sosialis sehingga tercipta rasa kekeluargaan, kebersamaan, dan persatuan yang dapat menjalin keharmonisan dalam hidup umat manusia .
Jadi, tradisi umat Buddha di Lombok Utara tidak terlalu menyimpang dengan Buddha Dhamma. Suatu tradisi yang bernilai positif hendaknya dilestarikan dan jangan sampai dilupakan.Dan mungkin itu sekilas goresan tinta karya nakpemaru mengenai tradisi muja baru ,dan mungkin jika ada kekurangan dalam penyampain informasinya bisa ditanyakan kembali pada para ahli sejarahnya yang ada didusun baru murmas .