MATARAM – Demonstrasi mahasiswa se-NTB yang menuntut pembatalan sejumlah Rancangan Undang-Undang (RUU) yang bermasalah di gedung DPRD NTB berujung ricuh (26/09).
Kericuhan ini dipicu oleh aksi saling dorong antara aparat keamanan dan mahasiswa yang memaksa masuk ke gedung DPRD. Akibatnya, aparat keamanan terpaksa melempar gas air mata kearah demonstran. Puluhan demonstran kemudian dibawa kerumah sakit terdekat karena mengalami sesak nafas hingga pingsan.
Awalnya, aksi ini berujung damai dengan penyampaian orasi dari berbagai perwakilan massa aksi. Muhammad Amri Akbar, selaku coordinator umum sekaligus ketua BEM Unram, dalam orasinya bahkan menegaskan agar massa aksi tetap tenang dan tidak terprovokasi. Namun, kondisi yang mulai memanas menyebabkan aksi dorong-dorongan antara aparat dan mahasiswa yang memaksa masuk kedalam gedung DPRD. Akibatnya, aparat keamanan melemparkan gas air mata ke arah demonstran juga terdengar beberapa kali tembakan. Meskipun begitu, aksi tetap kembali berlangsung.
“Kita akan tetap berada disini hingga tuntutan kita diterima. Namun, mohon teman-teman untuk satu komando dan tidak terpengaruh oleh provokator,” ujar Amri.
Menurut massa aksi, kericuhan ini disebabkan oleh adanya provokator dari luar massa aksi. Terdengar kabar bahwa provokator tersebut merupakan siswa SMA yang berasal dari Rembiga dan telah ditangkap oleh polisi. Namun, hingga saat ini belum ada konfirmasi dari pihak kepolisian.
Hingga sore hari, massa aksi masih bertahan di depan gedung DPRD NTB untuk menunggu hasil dari dialog perwakilan mahasiswa dengan pihak DPRD NTB. Namun, karena kondisi yang tidak kondusif massa terpaksa membubarkan diri. Muhtar Mandele, wakil ketua BEM Unram, ketika ditemui di gedung PKM Unram ba’da isya membeberkan bahwa akan ada aksi lanjutan pada akhir September nanti untuk meminta kejelasan akan pernyataan sikap dari Ketua DPRD NTB untuk menolak RUU yang bermasalah atau yang menjadi 10 poin tuntutan massa aksi. (dm)