
Budaya minum kopi kini bukan sekadar gaya hidup, tetapi telah menjadi kebutuhan sehari-hari bagi banyak orang. Dari pelajar hingga pekerja kantoran, secangkir kopi sering kali menjadi teman setia di tengah kesibukan. Melihat peluang ini, Damian Firdaus, pemuda asal Lombok, meluncurkan KopLing, konsep kopi keliling yang memadukan cita rasa premium dengan mobilitas, sekaligus membawa angin segar bagi pertumbuhan UMKM di Lombok.
Di tengah meningkatnya angka pengangguran di Kota Mataram pada 2024, usaha kreatif seperti KopLing yang digagas oleh Damian Firdaus hadir sebagai angin segar bagi perekonomian lokal. Dengan konsep kopi keliling yang inovatif, KopLing tak hanya menawarkan cita rasa kopi premium, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru di Lombok.
Diluncurkan pada 20 September 2024, KopLing menjadi salah satu contoh sukses UMKM yang mampu membaca peluang pasar dan beradaptasi dengan tren. Damian memulai usahanya dengan modal awal Rp25 juta, yang ia gunakan untuk membeli sepeda listrik dan bahan baku kopi. Strategi bisnisnya sederhana namun efektif: menawarkan kopi berkualitas dengan harga terjangkau, mulai dari Rp8.000 hingga Rp15.000 per cup.
“Dengan harga yang ramah di kantong, kami berhasil menjangkau berbagai kalangan, mulai dari pekerja kantoran hingga pelajar. Ini membuktikan bahwa inovasi di sektor UMKM bisa menjadi solusi untuk memperkuat ekonomi lokal,” ujar Damian.
KopLing beroperasi dengan model bisnis mobile, memanfaatkan lokasi strategis seperti perkantoran, kampus, dan tempat ramai lainnya. Dalam sehari, KopLing mampu menjual hingga 300 cup kopi, menghasilkan omzet harian mencapai Rp2 juta hingga Rp2,5 juta. Hal ini menjadi bukti bahwa bisnis berbasis mobilitas dapat meningkatkan efisiensi operasional sekaligus memperluas pasar.
Lebih dari sekadar bisnis, KopLing berkontribusi langsung pada pengurangan pengangguran di Lombok. Damian berencana memperluas usahanya dengan menambah armada dan membuka peluang kemitraan, yang tidak hanya akan meningkatkan jangkauan pasar, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru. “Ke depan, saya ingin KopLing tidak hanya menjadi pelopor kopi keliling, tetapi juga usaha yang memberdayakan masyarakat lokal,” jelas Damian.
Selain itu, konsep KopLing yang berbasis UMKM memberikan efek multiplikasi ekonomi. Dari bahan baku hingga tenaga kerja, Damian berupaya memberdayakan sumber daya lokal, sehingga keuntungan tidak hanya dinikmati oleh satu pihak, tetapi juga memberikan dampak positif bagi komunitas sekitar.
Ekonom lokal menilai bahwa inovasi seperti KopLing merupakan contoh konkret bagaimana sektor UMKM dapat menjadi motor penggerak ekonomi di tengah tantangan seperti meningkatnya pengangguran. Dukungan dari pemerintah dan institusi terkait akan menjadi kunci untuk memastikan keberlanjutan bisnis seperti ini.
“Jika pemerintah dapat memberikan insentif, pelatihan, dan akses pembiayaan yang lebih baik, UMKM seperti KopLing bisa berkembang lebih jauh dan membantu mendorong pertumbuhan ekonomi daerah,” ujar Damian penuh harap.
Dalam waktu singkat, KopLing telah membuktikan bahwa inovasi sederhana dapat membawa dampak ekonomi yang signifikan. Dengan strategi bisnis yang matang dan semangat untuk berkontribusi pada komunitas, KopLing menjadi bukti nyata bagaimana UMKM dapat menjadi solusi dalam menghadapi tantangan ekonomi modern.