“Just because my dreams are different than yours, it doesn’t mean they’re unimportant,” ucap Meg March beberapa saat sebelum upacara pernikahannya berlangsung. Jo March yang mengajak kakak tertuanya itu kabur pun terdiam setelah mendengar pernyataan tegas dari Meg bahwa ia memang memimpikan pernikahan ini terjadi.

Itu adalah cuplikan kisah kakak-beradik Keluarga March yang ikonik dalam film Little Women. Film ini berkisah tentang keempat kakak-beradik—Meg March, Jo March, Amy March, dan Beth March—yang mempunyai ambisi berbeda dalam hidup. Jo bermimpi untuk menjadi seorang penulis terkenal, Amy ingin menjadi seorang seniman, Beth yang sederhana ingin memainkan musik untuk keluarganya, dan Meg bermimpi menjadi seorang aktris serta menikahi laki-laki yang dicintainya suatu saat nanti.

Kisah Little Women mengambil latar waktu pada Abad-19 ketika Perang Saudara di Amerika tengah terjadi. Ayah dari keempat kakak-beradik ini, Robert March, harus meninggalkan keluarga dan bergabung dalam peperangan. Bersama dengan sang ibu yang akrab dipanggil Marmee, gadis-gadis March menjalani hidup dalam kemiskinan. Meski begitu, kehangatan keluarga ini tidak lantas hilang. Kasih sayang Marmee dan keunikan tingkah anak-anak perempuan March membuat kehangatan keluarga tetap terasa. Bumbu kisah romansa juga tak luput dari lika-liku kehidupan Keluarga March.

Film ini merupakan adaptasi dari novel dengan judul serupa karya Louisa May Alcott. Kisah Little Women termasuk kisah yang populer sehingga sering diadaptasi menjadi film layar lebar. Film bertemakan keluarga yang dirilis tahun 2019 ini merupakan karya dari sutradara perempuan, Greta Gerwig, yang juga menyutradarai beberapa film pemegang Oscar lain seperti Lady Bird dan Barbie.

Berbeda dari novel aslinya, Greta Gerwig mengemas kisah Keluarga March dengan alur waktu campuran. Kisah dimulai ketika keempat anak perempuan March—Jo March, Meg March, Amy March, dan Beth March—sudah menjadi perempuan dewasa yang menjalani kehidupan mereka masing-masing. Jo menjadi seorang penulis di New York, Meg menjadi seorang ibu dengan dua anak, Amy fokus memperdalam seni melukis di Eropa, sedangkan Beth harus bertarung dengan penyakitnya. Kisah masa lalu Keluarga March dimasukkan secara bergilir dengan urutan waktu yang tidak runtut.

Alur campuran ini bagaikan pisau bermata dua yang dapat menambah keindahan film namun juga menimbulkan kebingungan di dalam benak penonton. Bagi para pembaca novel Little Women, kisah yang disajikan di dalam film tidak begitu sulit untuk dipahami. Bahkan cara Greta Gerwig mencampurkan cerita di masa depan dan masa lalu menambah keindahan film karena kisah yang saling berkaitan disajikan secara urut. Akan tetapi, alur campuran ini menimbulkan kebingungan bagi para penonton yang belum pernah membaca novel karena perpindahan kisah terjadi secara tiba-tiba tanpa perbedaan visual yang signifikan.

Kisah Little Women secara keseluruhan terjadi selama lebih dari tujuh tahun. Ini menjadi tantangan bagi tim produksi film dalam mempersiapkan penampilan pemain agar dapat berubah seiring berjalannya waktu. Akan tetapi, setiap tokoh tidak terlihat berubah secara signifikan. Sebagai contoh, penampilan Meg March ketika masih remaja dan setelah mempunyai dua anak nampak masih sama. Begitu juga dengan tokoh lain. Amy March adalah satu-satunya tokoh yang terlihat berpenampilan berbeda. Akan tetapi, perubahan penampilan hanya nampak pada gaya rambut. Amy kecil yang dulunya berponi tidak lagi menjaga gaya rambut yang imut itu ketika sudah dewasa.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa ketika kisah dari novel difilmkan, beberapa bagian harus direlakan untuk tidak tayang. Begitu juga dengan film Little Women ini. Beberapa kisah dari Amy March dan Beth March seolah-olah dinomorduakan. Amy March yang sempat mengalami bullying dari teman-temannya semasa sekolah, tidak ditayangkan secara maksimal. Begitu juga dengan kisah Beth dan cintanya dalam memainkan piano.

Kisah Little Women, dapat diakui, tak lekang oleh waktu. Pertengkaran antar saudara, romansa, kasih sayang orang tua, perjuangan meraih mimpi, hingga idealisme menjadi topik-topik yang dapat dinikmati oleh berbagai kalangan karena penyajiannya yang ringan. Akan tetapi, beberapa aspek patut diberi perhatian lebih agar film dapat lebih dinikmati oleh penonton. Aspek-aspek tersebut meliputi perbedaan visual ketika menayangkan kisah masa lalu dan masa depan, perubahan penampilan tokoh seiring berjalannya waktu, hingga penayangan kisah-kisah dari anggota Keluarga March yang lain agar konteks cerita dapat dipahami secara utuh.