Mataram – Dafa Wirasenono (22), pemilik clothing brand lokal “Quadrinity,” menyampaikan pandangannya mengenai fenomena thrifting yang semakin populer di kalangan masyarakat. Sejak didirikan pada tahun 2022, Dafa mengaku tidak mengalami banyak masalah dengan keberadaan thrifting, karena ia percaya bahwa thrifting memiliki pasar tersendiri. Namun, ia menekankan bahwa para pemilik brand lokal seperti Quadrinity harus lebih cermat dalam menentukan harga produk agar tetap kompetitif.
“Tapi mungkin dengan adanya thrifting ini buat kita jadi mikir-mikir kalau matok harga biar ga terlalu tinggi, takutnya kalah saing sama thriftingan,” ungkap Dafa.
Ia berharap agar dukungan terhadap brand lokal semakin meningkat, dengan adanya tempat atau wadah khusus untuk mempromosikan produk mereka.
Sementara itu, Sandro De Cemayo (26), seorang penjual barang thrifting yang telah berpengalaman selama tujuh tahun, juga memberikan pandangannya. Menurutnya, meskipun barang thrifting banyak diminati, penjual barang bekas juga menghadapi tantangan tersendiri.
“Untung ruginya juga tergantung dari skill menawar masing-masing, bukan hanya karena barang branded,” jelas Sandro.
Sandro menambahkan bahwa baik penjual thrifting maupun produk lokal sama-sama menghadapi kesulitan dalam berjualan.
“Penjual thrifting juga memiliki masalahnya sendiri, mengeluarkan modal banyak dan hoki-hokian kalau dapat barang bagus. Saya rasa semua memiliki tantangannya masing-masing,” ujarnya.
Kedua perspektif ini menunjukkan bahwa meskipun thrifting menawarkan alternatif yang menarik bagi konsumen, penting bagi brand lokal untuk terus berinovasi dan mendapatkan dukungan agar tetap relevan di pasar yang kompetitif ini.