Senggigi dikenal sebagai salah satu surga wisata yang terletak di Pulau Lombok, selama bertahun – tahun Senggigi berhasil menjaga eksistensinya sebagai destinasi wisata paling favorit yang dikunjungi wisatawan ketika berkunjung ke pulau kecil bernama Lombok. Seperti kebanyakan destinasi wisata pada umumnya, Senggigi juga dipenuhi dengan berbagai macam jenis pusat hiburan malamnya, namun ada sisi lain dari Senggigi ini yang luput dari pandangan kita.
Di balik gemerlapnya dunia malam Senggigi tersembunyi sebuah cahaya terang dari sebuah TPQ kecil, di balik megahnya beton – beton tempat hiburan malam tersebut bersembunyi sebuah mushala kecil yang lantunan al-qur’annya mungkin tak sekeras musik di dalam tempat hiburan tersebut namun mampu terdengar hingga langit dan menyentuh sanubari.
Namanya Muhammad Sidik, seorang laki – laki paruh baya yang kesehariannya bekerja di kebun miliknya. Jika dilihat sekilas maka tak ada hal yang special dari orang ini, namun siapa sangka bahwa laki – laki yang biasa dipanggil Pak Sidik ini adalah sosok yang berada di belakang suksesnya TPQ Yanbu’ul Qur’an. Berawal dari keresahannya memikirkan nasib anak – anak di dusunnya yang setiap hari diterpa oleh bebasnya pergaulan dunia malam, serta rasa ingin memberikan tempat kepada sang anak, Munzir, yang saat itu tengah menuntut ilmu di Pondok Pesantren Anjani Lombok Timur. Berdasarkan dua hal tersebut, Sidik akhirnya memulai langkah pertamanya untuk mendirikan TPQ dengan mengundang para tokoh agama dan tokoh masyarakat di dusunnya untuk menyampaikan niatannya tersebut. Bukan hal yang mudah bagi Sidik untuk meyakinkan para tokoh masyarakat dan tokoh agama terlebih ia hanya bermodal keyakinan dan semangat pada saat itu. Perjuangan Sidik ternyata tidak berakhir sia – sia, para tokoh masyarakat, tokoh agama, serta seluruh warga Dusun Senggigi akhirnya bergotong royong untuk mendirikan TPQ di salah satu bagian rumah Sidik.
“Saya tidak kaya, Allah yang kaya” ucap Sidik ketika kami temui di rumahnya. Ia juga bercerita tentang bagaimana sumbangan untuk pembangunan TPQ tersebut terus mengalir entah darimana datangnya. “Pembangunan TPQ ini juga sempat tertunda karena gempa, syukurnya tidak sampai roboh”. Kini sudah berdiri dengan kokoh bangunan yang menjadi mushala sekaligus TPQ, tak hanya anak – anak di sekitaran Dusun Senggigi saja yang belajar mengaji di sana, namun juga dari berbagai dusun yang berbeda. Tedapat sekitar 60an murid yang belajar mengaji di TPQ tersebut.
Kini TPQ tersebut dikelola oleh anaknya, Munzir bersama sang istri, Munzir menjadi pengajar sekaligus pengurus di TPQ tersebut dibantu oleh sang istri tercinta. TPQ yang sudah berdiri sekitar tiga tahun ini menjadi TPQ dengan jumlah murid terbanyak di Senggigi, metode pengajaran dan sifat lembut Ustad Munzir bersama sang istri membuat para murid merasa nyaman dan betah. “Mengajinya mulai jam empat tapi jam dua mereka sudah disini. Bahkan pernah saat jam mengaji ba’da zuhur tapi mereka sudah datang dari jam delapan pagi” ucap Ustad Munzir menjelaskan. Hal ini menunjukkan betapa semangatnya anak – anak tersebut belajar menuntut ilmu terlebih ilmu terkait al-qur’an.
Pak munzir ini memliki cara untuk menjaga eksistensi pada anak didesa sengigi ini dengan menggunakan metode iqro yang dimana metode ini dapat membantu anak-anak didesa ini tetap selalu dalam jalan yang baik. Anak yang ingin mengaji di TPQ ini biasanya mendaftar terlebih dahulu dan memberi gula satu kilo dan uang sebanyak 100 ribu dan untuk perbulannya biasanya meraka mengeluarkan inyuran suka rela. Dan TPQ ini mempunyai jadwal yang berbeda-beda beliau mengatakan bahwa TPQ ini juga mempunyai peraturan bahwa anak yang mengaji disana dilarang membawa elektronik agar tidak terganggu waktu mengaji. Beliau juga saat ini mendirikan tafizul quran untuk anak-anak yang ingin menghafal Al-Quran.
Dengan kesabaran dan keikhlasan pak sidik dalam menjalan TPQ ini beliau mendapatkan rizki berupa tanah yang dimana pada satu tahun yang lalu TPQ ini dihibahkan tanah 1 are dan pada 2 bulan yang lalu juga mendapatkan tanah lagi seluas 2 are lalu beliau membeli tanah lagi seluas 2 are jadi totalnya saat ini sudah menjadi 5 are dan sekarang sedang dibangun Raudhatul Athfal (RA). Tanah ini berjarak 50 meter dari rumah pak sidik.
Ahmad Ihsanudin (L1B019002)
Baiq yulia Rizkia wulandari (L1B019025)
Elvianah (L1B019036)