Film merupakan media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu. Industri perfilman Indonesia kian hari semakin menunjukan grafik positif yang signifikan. Begitu banyak film-film Indonesia yang dapat menembus hingga industri perfilman luar negeri. NTB sendiri memiliki potensi daerah dimana lokasinya dapat digarap menjadi film yang luar biasa.

Tentu sudah banyak judul-judul film yang lahir dengan mengangkat segala kearifan lokal NTB. Namun, para pelaku film di Nusa Tenggara Barat masih bergerak sendiri-sendiri. Hal ini menyebabkan karya-karya mereka tidak terekspos secara maksimal walaupun digarap secara profesional, alhasil film-film daerah terkesan redup dan tidak berkembang.

Melihat kondisi tersebut, sekelompok pegiat film dan seni yang berkumpul dalam wadah komunitas yang bernama Lumbung Film Forum mengadakan workshop dan screening film daerah di Taman Budaya, 22/12/2018. Selain mendatangkan para pegiat film profesional, terdapat pula pegiat film yang baru saja memulai karyanya namun sempat viral di tahun 2018.

“Lumbung Film Forum merupakan wadah bagi siapa saja, baik itu komunitas maupun individu yang peduli dan ingin belajar tentang film, karena hampir rata-rata bergerak dengan sendiri-sendiri,” ungkap Taufiq, salah satu founder Lumbung Film Forum.

Dengan adanya wadah ini para pegiat film dapat saling bertemu dan mendukung karya satu sama lain. Ada berbagai macam program dari komunitas ini yaitu, screening keliling, roadshow film, workshop, pelatihan editing film, data base serta festival.

“Tujuannya tidak lain untuk memperkenalkan film-film NTB, sehingga ketika ada tawaran kerjasama film dari luar daerah, mereka cukup datang ke komunitas ini saja,” ungkapnya lagi.

Para pembicara yang hadir dalam workshop tersebut merupakan para pelaku film profesional diantaranya yaitu, Musfar Yasin, adi Pranajaya, Tris Pradhana, Dwiyanto Ahmad dan masih banyak lagi.

Forum ini hadir untuk mempertemukan orang-orang tersebut sehingga dapat membicarakan bagaimana ekosistem perfilman ntb saat ini dan untuk kedepannya.

“Jangan berhenti untuk belajar karena bakat akan kita liat dari waktu sehingga karya itu akan meledak sendiri nantinya dan pentingnya meningktakan pemahaman yang baik terhadap karya sastra dalam karya film. Semangat lah berkarya,” jelas adi Pranajaya, selaku sutradara, serta dosen Institust Kesenian Jakarta jurusan perfilman.