NELAYAN RESAH, JARING IKAN KINI MENJARING SAMPAH

Lombok, Pantai Loang Balok menjadi salah satu destinasi wisata yang berada di daerah Lombok Barat. Tidak hanya menjadi destinasi wisata Loang Balok merupakan penyambung hidup bagi para nelayan yang bertempat tinggal tidak jauh dari lokasi pantai. Pantai yang menjadi harapan besar bagi para nelayan, kini menimbulkan kekhawatiran. Bukan ikan, jaring yang mereka tarik dengan susah payah justru dipenuhi sampah plastik dan limbah rumah tangga. Kejadian ini menyebabkan nelayan terus mengeluh terkait kondisi laut yang tercemar. Bukan hanya keluhan, kekhawatiran mereka juga bertambah besar.
Selasa (16/6), sekitar pukul 13.00 WITA, terdapat nelayan yang berkumpul, perkumpulan nelayan tersebut terdiri dari pemuda hingga bapak-bapak paruh baya, mereka terlihat bersusah payah menarik jaring besar dari laut. Mereka saling tolong-menolong untuk menarik jaring sejauh lebih dari 100 meter dari tengah laut menuju darat. Di bawah terik matahari dan hempasan ombak, mereka tetap semangat meski beberapa dari mereka mengalami luka di tangan akibat gesekan tali jaring. Aktivitas ini menjadi rutinitas harian mereka untuk menangkap ikan bersama, yang nantinya dijual di pasar lokal atau ke pengunjung disekitar pantai.

Namun kali ini jaring yang mereka tarik dengan susah payah tidak seperti biasanya. Saat jaring berhasil ditarik ke pinggir pantai, isi jaring tersebut mampu membuat para nelayan terpaku diam. Alih-alih tangkapan ikan dalam jumlah besar yang mereka harapkan, jaring tersebut ternyata dipenuhi tumpukan sampah kantong plastik, botol air mineral, sandal jepit bekas, bahkan popok sekali pakai.
“Saya pikir hari ini dapat ikan banyak, karena cuacanya sekarang lagi bagus kan, ditambah pagi-pagi pasti dapat ikan kembung, tongkol, atau teri. Tapi sekarang cuma dapat beberapa ekor ikan. Malah lebih banyak sampahnya,” ujar Pak adi(42), nelayan asal Tanjung Karang.
Hal serupa juga disampaikan oleh Ikin (27), salah satu nelayan muda yang ikut menarik jaring. Menurutnya, kondisi ini bukan sekali dua kali terjadi saat waktu penarikan jaring.
“Sebetulnya kita sering dapat lebih banyak sampah dari pada ikannya, tapi itu pas cuaca jelek. Hari ini tumben-tumbenan kita dapat sampah banyak sekali di cuaca bagus. Kita tau sampah ini datangnya dari sungai, tapi kan harusnya pemerintah peka buat bantu bersihin, kalo gini kan nelayan yang rugi, dampaknya paling besar soalnya ke kita,” ujarnya.
Meski kecewa, para nelayan tetap menyisihkan ikan-ikan yang tersisa dan menyisihkan sampah ke dalam karung secara terpisah. Mereka memasukkan hasil tangkapan seadanya ke ember hitam yang mereka bawa dari rumah, lalu menarik kembali perahu mereka ke pinggir pantai.
“Alhamdulillah saya tetap bersyukur, kalo ikan yang kita dapat hari ini sedikit tetap kita syukuri daripada pulang dengan tangan kosong. Saya cuma berharap masyarakat sadar, jangan lagi buang sampah ke sungai atau pantai, soalnya kalo ikan-ikan tercemar kesehatan orang yang makan juga bahaya kan ” ucap Pak Junaedi (54), salah satu nelayan tertua di sana, yang sudah melaut lebih dari 30 tahun.
Krisis sampah yang terjadi di pantai Loang Balok menjadi perhatian serius, karena tidak hanya berdampak pada nelayan, tetapi juga pada ekosistem laut. Ikan-ikan semakin sulit ditemukan, sementara jumlah sampah yang terperangkap di jaring semakin meningkat dari hari ke hari, terutama saat cuaca buruk terjadi.
Rasa kecewa dan marah tidak bisa ditutupi dari raut wajah para nelayan, mereka mau tidak mau membawa hasil tangkapan yang tidak seberapa itu untuk di jajakan ke pasar. Walaupun telah mendapati luka baik perasaan hingga fisik, mereka tetap bertahan menjadi nelayan yang memberikan kebutuhan bagi masyarakta luas. Rasa kecewa mereka mungkin akan pudar jika tangkapan dan sampah yang ada di laut berkurang.
Maka dari itu warga pesisir dan komunitas nelayan menaruh harapan besar dan perhatian dari pemerintah daerah dan instansi terkait, seperti Dinas Lingkungan Hidup maupun Dinas Kelautan dan Perikanan, untuk memberikan solusi jangka panjang atas permasalahan yang terjadi. Tidak hanya itu edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan sungai dan pantai juga perlu dilakukan secara rutin, agar masyarakat mampu memikirkan dampak buruk yang terjadi akibat krisis sampah tersebut.