(gambar: dikutip dari salah satu postingan laman resmi unram.ac.id)

Unram – Universitas Mataram (Unram) berambisi untuk meningkatkan statusnya di kancah global dengan rencana “Go International” yang akan diluncurkan pada tahun 2025.

Menurut Ahmad Junaidi, dosen Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), langkah Unram menuju internasionalisasi adalah bagian dari upaya untuk meningkatkan daya saing mahasiswa dan dosen di tingkat global.

“Kami ingin meningkatkan daya saing mahasiswa dan dosen kami di tingkat global, ini adalah langkah strategis untuk menjadikan Unram sebagai pusat pendidikan yang diakui di Asia Tenggara,” jelasnya.

Ahmad Junaidi menambahkan bahwa Unram telah mempersiapkan beberapa program, termasuk kerjasama dengan universitas luar negeri dan pertukaran pelajar.

“Kami sedang menjajaki kerjasama dengan beberapa universitas di Eropa dan Asia untuk menciptakan program internasional yang menarik,” ungkapnya.

Meski ambisi tersebut positif, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi. “Infrastruktur, kurikulum yang relevan, serta kesiapan dosen dan mahasiswa menjadi kunci utama. Kami perlu meningkatkan kualitas pengajaran dan fasilitas yang ada,” lanjutnya.

Dengan rencana ambisius ini, Unram diharapkan tidak hanya dapat menarik perhatian mahasiswa dari luar negeri, tetapi juga mempersiapkan lulusannya untuk bersaing di pasar global. “Kami yakin bahwa dengan kerjasama dan dukungan semua pihak, Unram bisa menjadi universitas yang diperhitungkan di dunia internasional,” tutup Ahmad.

Dilihat dari responden, beberapa mahasiswa Unram juga kurang setuju dengan program tersebut, “Unram harus meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM), baik mahasiswa maupun dosen. SDM Mahasiswa maupun Dosen belum mempuni, baik dalam ilmu pengetahuan, juga masih minim menguasai bahasa dunia yaitu bahasa inggris,” pesannya dalam responden.

Menurut Algifari selaku mahasiswa Unram, go internasional atau tidak itu tidak penting, tugas kampus yang terpenting adalah untuk mencerdaskan bangsa, memberikan sistem pengajaran yang plural, yang inklusif bukan ekslusif, memberikan kebebasan dan kesetaraan.

“Kita tidak menolak Go Internasional tapi setidaknya kita persiapkan SDM kita, karena yang terpenting bukan pembangunan fisik tapi pembangunan sumber daya pengetahuannya yang lebih penting, ujar Algifari saat diwawancarai media ini.

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) juga mendukung program ini, namum Harianto selaku ketua BEM mengaku tidak adanya sosialisasi dari pihak Universitas.

“Belum ada sosialisasi dari pihak rektorat terkait dengan internasionalisasi kampus yang akan segera dilaksanakan terlebih soal anggaran,” ungkapnya.

Herianto, juga menyoroti pentingnya partisipasi mahasiswa dalam proses ini.

Herianto menekankan bahwa keberhasilan program ini tidak hanya bergantung pada kebijakan pimpinan Universitas, tetapi juga pada partisipasi aktif Mahasiswa.

“Mahasiswa harus dilibatkan dalam setiap tahap perencanaan dan pelaksanaan. Kami ingin memastikan bahwa suara kami didengar dan kebutuhan kami diperhatikan” pesannya dalam responden.

Menurut Algifari selaku mahasiswa Unram, go internasional atau tidak itu tidak penting, tugas kampus yang terpenting adalah untuk mencerdaskan bangsa, memberikan sistem pengajaran yang plural, yang inklusif bukan ekslusif, memberikan kebebasan dan kesetaraan.

Lebih lanjut, Herianto juga menyebutkan bahwa BEM akan mengadakan diskusi untuk merumuskan program-program yang akan mendukung internasionalisasi Unram.

“Kami berharap dapat berkolaborasi dengan pihak universitas untuk menciptakan program yang bermanfaat bagi semua pihak,” tuturnya.

Dalam menghadapi tahun 2025, Unram berada di persimpangan penting. Dengan persiapan yang matang dan kolaborasi antara pihak Universitas dan Mahasiswa, peluang untuk sukses dalam program internasionalisasi ini sangat terbuka lebar. Proses penentuan internasionalisasi kampus ini belum dipastikan kapan tanggal akan ditetapkannya “Unram Go Internasional” dikarenakan sampai diterbitkannya berita ini Rektor tidak menjawab saat diwawancarai melalui via whats’ap  dan Wakil Rektor (WR) satu tidak berkesempatan untuk di wawancara pada waktu yang di janjikan di Rektorat Universitas Mataram (27/9/24).