Lombok Barat – Suasana tenang dan sepi dirasakan ketika memasuki Pura Batu Bolong yang berada di daerah sekitar kawasan Senggigi, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, pada Minggu, (28/11/2021).
Pura Batu Bolong merupakan salah satu tempat peribadatan umat Hindu yang ada di Lombok. Namun, dikarenakan letak Pura ini tepat berada di kawasan objek wisata sehingga pura ini biasa dikunjungi oleh masyarakat umum.
Di Pura Batu Bolong terdapat salah satu tokoh yang setiap harinya melayani umat, biasa disebut sebagai pemangku. Ketua pemangku di Pura Batu Bolong bernama Gusti Mangku Amerjati, Gusti Mangku tinggal di BTN Griya Asri, Montong, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Gusti Mangku tidak tinggal menetap di Pura Batu Bolong dikarenakan ia sudah berkeluarga. Selain itu, Gusti Mangku juga mengatakan bahwa jika ingin menginap di Pura Batu Bolong tersebut tidak boleh membawa istri.
Gusti Mangku sudah menjadi pemangku di Pura Batu Bolong selama kurang lebih 27 tahun mulai dari tahun 1994 hingga saat ini. Sebelum diangkat menjadi seorang pemangku dan sekarang menjadi ketua pemangku Pura Batu Bolong, Gusti Mangku bekerja sebagai seorang guru Pegawai Negeri Sipil. Selama bekerja sebagai guru pada saat itu, beliau juga mencoba mengikuti kegiatan menjadi seorang pemangku Pura Batu Bolong yang pada saat itu belum dikatakan sebagai pemangku. Kemudian, setelah Gusti Mangku pensiun barulah beliau diangkat sebagai pemangku di Pura Batu Bolong hingga saat ini menjabat sebagai ketua pemangku Pura Batu Bolong.
“Kalau menjadi pemangku itu bisa dari turun – temurun, karena pilihan dari banjar, dari roh yang datang.” Tutur Gusti Mangku menjelaskan bagaimana seorang pemangku itu terpilih.
Selama 27 tahun menjadi seorang pemangku tentunya sudah berbagai macam kejadian yang beliau hadapi. Kejadian yang sudah dialami oleh Gusti Mangku yaitu kejadian yang berasal antar umat dan kejadian dengan umat lain. Dengan adanya kejadian – kejadian yang dialami tersebut, beliau menghadapinya selalu dengan keadaan yang tenang dan di selesaikan selalu dengan cara yang baik. Hal tersebut beliau lakukan ketika sudah terpilih menjadi seorang pemangku, sikapnya harus baik dan hidupnya tidak sama dengan hidup orang biasa karena memiliki pantangan – pantangan yang harus dijalankan.
“Hal – hal tersebut di manapun pasti selalu ada tetapi dengan porsi yang berbeda, dan itu bisa terselamatkan atau terselesaikan jika kita mencari sebuah penyelesaian, bukan permasalahan, dan tentunya penyelesaian itu kita selalu selesaikan dengan baik – baik.” Ucapnya.
Sikap Gusti Mangku yang baik tersebut juga disebabkan karena dia menjalankan tugasnya sebagai pemangku dengan rasa ikhlas dan tulus yang sudah tertanam di dalam dirinya sejak awal. Selama 27 tahun menjadi seorang pemangku di Pura Batu Bolong, beliau menghidupi keluarganya dari gaji pensiunan yang didapat dan juga dari punia (sumbangan yang berasal dari umat).
End Muhammad Jauhari Multazam