MATARAM – Sudah sejak lama Makam Batu Layar di jadikan sebagai lokasi ziarah wisata rohani di Kecamatan Batu Layar, Lombok Barat. Makam akan ramai di kunjungi setiap hari minggu oleh para wisatawan. Biasanya para wisatawan berdo’a di makam, melakukan acara ngurisang (aqiqah), dan kegiatan rohani lainnya. Tujuannya tidak lain agar mendapatkan ridho dari sang Ilahi.
Jumlah wisatawan yang berkunjung ke makam juga sangat ramai di hari minggu. Di hari biasa pun wisatawan juga tidak kalah banyak. Antusias wisatawan mengunjungi makam membuat pihak pengelola senang menyambut para wisatawan.
Wisatawan yang berkunjung juga tidak hanya dari pulau Lombok saja, namun dari luar Lombok seperti Jawa, Sumbawa, Jakarta, dan masih banyak lagi.
[caption id="attachment_546" align="alignnone" width="300"] Teras yang merupakan salah satu fasilitas yang di sediakan dalam area makam batu layar[/caption]
Di area makam terdapat teras panjang tempat para wisatawan duduk, makan bersama keluarganya, ataupun istirahat sejenak melepas lelah.
“Di teras ini biasanya pengunjung makam batu layar menjadikannya sebagai tempat istirahat, makan bersama keluarga mereka masing-masing,” ungkap Herman yang merupakan pengelola dari Makam Batu Layar.
Kebersihan yang selalu dijaga oleh pengelola Makam Batu Layar, membuat para wisatawan yang berkunjung merasa nyaman. Walaupun kesadaran dari para pengunjung sendiri masih kurang sadar membuang sampah pada tempatnya.
“Saya selalu menyiapkan bak sampah dari ayaman yang ringan dibawa untuk di taruh di sekitar teras. Walaupun banyak yang masih membuang sampah sembarangan, tetap saja saya selalu membersihkannya supaya pengunjung merasa nyaman,” ungkapnya.
Fasilitas umum yang paling sering dibutuhkan oleh wisatawan adalah musolla atau masjid dan toilet umum khusus laki-laki dan perempuan. Tentunya fasilitas tersebut di sediakan oleh pihak pengelola.
“Saya juga menyiapkan musolla di bawah dan toilet untuk pengunjung makam.” ungkapnya.
Biaya tiket masuk ke dalam makam pun juga di tiadakan, hanya sekedar kota amal yang di siapkan oleh pengelola untuk mendapatkan amal seiklasnya dari para wisatawan.
“Saya tidak pernah meminta uang tiket untuk masuk ke dalam makam. Saya hanya menaruh kotak amal yang dananya akan di kelola untuk pemeliharaan makam,” ungkapnya lagi.