
LOMBOK BARAT — Dalam rangka mendukung pertanian ramah lingkungan, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Mataram menggelar pelatihan pengolahan limbah jamur tiram menjadi pupuk organik di Dusun Darmasaba Dasan , Sabtu (9/8/2025). Kegiatan ini menggabungkan materi penyuluhan yang dikemas dalam bentuk leaflet edukatif dengan praktik langsung pembuatan pupuk di lapangan.
Acara dibuka dengan penjelasan mengenai apa itu baglog jamur tiram—media tanam jamur yang terdiri dari serbuk gergaji, dedak, dan kapur. Setelah tidak dipakai lagi, baglog sering kali terbuang begitu saja. Padahal, bahan ini kaya nutrisi dan dapat diolah kembali menjadi pupuk organik berkualitas.
Melalui leaflet yang dibagikan kepada warga, dijelaskan bahwa baglog memiliki keunggulan karena mengandung jamur dekomposer yang mempercepat proses pembusukan, ramah lingkungan, serta mampu memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan kesuburan.
Proses pembuatan pupuk organik dari limbah jamur dan pelepah pisang diawali dengan memotong kecil-kecil limbah jamur serta pelepah pisang yang telah dibersihkan. Potongan tersebut kemudian dicampur bersama kotoran ternak dan bahan tambahan seperti dedak atau daun kering untuk memperkaya unsur hara. Selanjutnya, larutan EM4 yang telah diencerkan dengan air disiramkan secukupnya hingga campuran terasa lembap, namun tidak terlalu basah. Campuran ini kemudian dimasukkan ke dalam wadah atau karung yang dapat ditutup rapat untuk proses fermentasi. Selama 2–3 minggu, adonan perlu dibolak-balik setiap beberapa hari untuk memastikan panas dan kelembapannya merata. Pupuk siap digunakan ketika teksturnya gembur, berwarna cokelat tua, dan mengeluarkan aroma tanah segar.
Setelah pemaparan materi, warga diajak mencoba membuat pupuk organik dengan langkah-langkah seperti yang tercantum di leaflet

Ketua kelompok KKN menegaskan bahwa kegiatan ini bukan hanya melatih warga membuat pupuk sendiri, tetapi juga mengajak mereka mengurangi limbah dan mencegah pencemaran lingkungan. “Dengan mengolah limbah baglog jamur, kita ikut menjaga bumi sekaligus mendukung pertanian organik berkelanjutan,” ujarnya.
Warga yang hadir mengaku senang karena bisa langsung mempraktikkan cara membuat pupuk. “Biasanya baglog bekas cuma dibuang. Sekarang kami tahu ternyata bisa jadi pupuk yang menyuburkan sayur di kebun,” tutur salah satu peserta.
Melalui kombinasi penyuluhan, leaflet informatif, dan praktik langsung, mahasiswa KKN Unram berharap keterampilan ini dapat terus dipraktikkan oleh warga, sehingga Desa Keru semakin mandiri dalam menyediakan pupuk organik dan menjaga kelestarian lingkungan.