Praya Timur, Lombok Tengah – Sorak tawa anak-anak SD Negeri Telok memenuhi ruang kelas pada akhir Juli 2025. Belajar tak lagi hanya lewat buku dan papan tulis, tetapi lewat sebuah permainan yang dirancang untuk menanamkan budaya literasi sejak dini. Permainan itu bernama Misi Literasi, inovasi mahasiswa KKN PMD Literasi Universitas Mataram untuk membuat anak-anak jatuh cinta pada membaca, menulis, dan bercerita.
Program ini berlangsung selama satu minggu penuh, dari 29 Juli hingga 2 Agustus 2025. Dimulai di sekolah bersama siswa kelas 3, 4, dan 5, kegiatan kemudian dilanjutkan di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Yayasan Literasi Lumbung Lombok. Sejak saat itu, semakin banyak anak SD yang datang ke TBM, membuat suasana semakin hidup dan meriah.
Rangkaian Misi Literasi dimulai di ruang kelas atau TBM dengan sesi membaca nyaring. Mahasiswa KKN membacakan buku cerita bergambar dengan intonasi, ekspresi, dan gestur yang menarik perhatian anak-anak. Dari situ, imajinasi mereka dipancing untuk fokus pada cerita yang akan menjadi dasar permainan di pos-pos berikutnya.

Di pos pertama, anak-anak diajak bermain benar-salah. Pertanyaan diambil dari cerita yang baru saja dibacakan. Kelompok yang terlebih dahulu mengumpulkan tiga poin dianggap lulus. “Kalau salah harus ngulang, jadi harus dengar baik-baik ceritanya,” ujar Lando, siswa kelas 4 SD sambil tertawa kecil.

Pos kedua menantang anak-anak untuk menjawab pertanyaan seputar cerita, tidak sekadar mengulang, tetapi juga mengemukakan pendapat. Tujuannya agar mereka memahami isi buku secara utuh sekaligus belajar berpikir kritis.

Pos ketiga melatih daya imajinasi dan observasi. Anak-anak diminta mendeskripsikan gambar dari buku yang teksnya ditutup. Mereka menebak dan mendeskripsikan kejadian, ekspresi karakter, suasana, bahkan menirukan bunyi atau gaya tokoh.

Di pos keempat, anak-anak kembali ke ruang kelas atau TBM untuk menulis cerita berbasis bacaan yang telah didengar sebelumnya. Mereka bebas membuat prekuel, sekuel, atau kisah alternatif. “Menulis kayak bikin dunia sendiri, aku bisa bikin tokohnya ditabrak sapi haha,” kata Rizki, siswa kelas 5, sambil memamerkan karyanya.

Menurut pengelola TBM, inilah momen ketika ruang baca menjadi jauh lebih ramai dari biasanya. “Biasanya anak-anak datang hanya untuk membaca atau bermain. Kali ini mereka betul-betul antusias, karena belajar terasa seperti petualangan. Beberapa kali mereka kedapatan bermain permainan Misi Literasi sendiri tanpa pendampingan kakak-kakak KKN,” ujar Hari Supandi, founder TBM Yayasan Literasi Lumbung Lombok.
Pada 8 Agustus, rangkaian dilanjutkan dengan proyek berbasis buku bacaan di TBM. Anak-anak dibacakan buku dengan teknik membaca nyaring, lalu diajak membuat karya ecoprint, teknik mencetak pola alami daun atau bunga ke kain menggunakan tekanan dan warna alami. Proyek ini mengajarkan bahwa buku tidak hanya bisa dibaca, tetapi juga mengilhami karya nyata.

Di akhir setiap sesi kegiatan, anak-anak menerima hadiah untuk juara 1, 2, 3, serta hadiah partisipasi. Demikian di hari puncak terdapat pembagian hadiah untuk setiap kelompok dengan poin akumulatif terbanyak. Menurut tim KKN, hal ini penting untuk menghargai proses belajar semua anak, bukan hanya yang menang. “Hadiah ini membuat anak-anak merasa dihargai. Mereka jadi percaya diri bahwa membaca dan menulis itu menyenangkan,” kata M. Fauzan, ketua KKN PMD Literasi Unram Desa Sengkerang 2025.

Kepala Sekolah SD Negeri Telok, Amrillah, menilai program ini berhasil mengubah minat baca siswanya. “Biasanya kalau diminta menulis mereka cepat bosan. Tapi dengan format permainan seperti ini, mereka justru berebut ikut,” katanya.
Pengelola TBM berharap, kegiatan serupa bisa terus berlanjut meski mahasiswa KKN telah usai. “TBM harus terus hidup. Kami ingin anak-anak menjadikan literasi sebagai bagian dari keseharian mereka, bukan hanya saat ada program,” pungkas Hari.