TANJUNG-Infolombok – Pelabuhan Karya Bahari Bangsal yang menghubungkan jalur transportasi ke Tiga Gili, yakni Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air, beberapa bulan pascagempa dikeluhkan pelayanannya oleh para wisatawan. Banyak wisatawan yang mengaku kurang puas dalam pelayanan yang dilakukan pihak pelabuhan (10/12).

Pelabuhan Bangsal masih dalam tahap recovery dalam penataan tempat loket penjualan tiket sementara atau tempat tunggu keberangkatan sementara sampai bangunan pelabuhan kembali dibangun. Melihat dari kondisi yang ada di pelabuhan bangsal masih banyak wisatawan yang mengaku kurang puas dalam hal pelayanan pihak pelabuhan.

Wisatawan asing maupun lokal banyak yang mengaku kurang puas dalam palayanan yang dilakukan pihak pelabuhan yakni tempat menunggu yang hanya dibuatkan dengan pondok sederhana. Hal tersebut dikarenakan karena bangunan pelabuhan yang sebelumnya roboh akibat gempa, namun masih banyak juga wisatawan yang mengaku mengerti dengan keadaan yang terjadi di pelabuhan bangsal.

Melihat pelayanan yang kurang maksimal dari pihak Pelabuhan, Levi salah satu pelaku wisata yang akan mengunjungi Gili Meno menyampaikan agar pihak pelabuhan maupun pemerintah agar lebih cepat untuk menangani hal tersebut karena ini dapat mempengaruhi kenyamanan wisatawan yang akan melakuakan perjalanan wisata mereka ke tiga Gili dan dengan lebih cepatnnya tahap recovery pelabuhan juga dapat mempengaruhi kenyamanan wisatawan asing maupun lokal agar tetap mau mengunjungi tempat wisata tiga Gili melalui pelabuhan Bangsal. “Ya semoga lebih cepat dibangun gedung pelabuhannya juga soalnya kalau cuma pakai pondok sederhana seperti ini kan gak enak aja ntar banyak wisatawan asing ngeluh kan, serta kalo bangunan ada pasti wisatawan lebih nyaman nunggu gak kepanasan seperti ini, “ tambah Levi (10/12/18).

Salah satu wisatawan asal China, Xixi Nie mengaku kurang puas dengan pelayanan pembelian tiket dari pihak Pelabuhan yakni ada beberapa oknum yang buruk dalam melayaninya, dimana ketika dia membeli tiket menuju Gili Trawangan harga tiketnya tidak sesuai dengan harga yang tertera dalam tiket yakni Rp.15.000.00. Ia menuturkan pengalaman yang kurang mengenakkan, yakni saat ia diantar ke pelabuhan, dirinya mengaku hanya ditinggal begitu saja dan tidak diberi tahu kemana harus mencari informasi. Hingga akhirnya dibantu oleh masyarakat setempat. Ia juga berharap biaya transportasi di sini harusnya transparan seperti harga di tiket hanya Rp 15.000 namun dirinya diminta membayar lebih.