“Saya berharap pemerintah segera mencari dalang kasus yang ada di Surabaya sehingga tidak ada lagi Aksi yang ada di Papua”. ujar Manuel Wandik Bo Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Mataram saat saya temui di halaman gedung Fakultas Peternakan. Manuel yang akrab disapa berumur 20 tahun yang berasal dari Desa Pilimo, Kecamatan Yalengga, Kabupaten Jaya Wijaya, Provinsi Papua. Yang sangat dekat dengan tempat kejadian Aksi yang ada di papua, “Kalau misalnya sebagai contoh tempat aksinya di mataram kira-kira desa saya berada di Praya Lombok Tengah.” tutur Manuel. Tidak hanya manuel saja, ada 60 lebih mahasiswa yang berasal dari papua kuliah di Universitas Mataram, mereka mempunyai organisasi yang bernama IMAPA (Ikatan Mahasiswa Papua). Aksi yang ada di papua ini sudah direncakan oleh semua mahasiswa yang ada di seluruh Indonesia, di setiap kota IMAPA melakukan aksi demo terkait rasisme yang ada di Surabaya, tapi aksi demo yang terbesar ada di Papua. Ada beberapa mahasiswa yang pulang ke papua karena kejadian tersebut, Manuel dan teman-temannya ingin pulang ke papua tapi dikarenakan kondisi papua sedang tidak aman, jadi mereka lebih baik diam di Lombok dulu “Saya rindu dengan keluarga saya, kalau misalnya saya pulang juga kondisi papua saat ini sedang tidak aman, jadi kami juga takut untuk balik ke papua”. Ujarnya. Manuel dan teman-temannya juga merencakan aksi demo di Lombok tetapi dikarenakan jumlah mereka sedikit, dan mereka merasa di Lombok aman saja, jadi mereka tidak melakukan demonstrasi tersebut. Terkait kasus di Surabaya dikaitkan dengan adanya Aksi Papua Mardeka sehingga semua masyarakat yang ada di papua ikut terjun langsung mengikuti aksi demo tersebut. tetapi Manuel sendiri belum tau, masih belum ada bayangan terkait Papua Mardeka karena dia juga masih kuliah dan dibiayai pemerintah. “Ketika aksi demo yang ada di papua Pemerintah lebih mengurusi para pengungsi yang Non-Papua daripada masyakat papua itu sendiri, Jadi keluarga saya pergi mengungsi mencari tempat yang aman tanpa ada campur tangan pemerintah, mereka tidur tidak menggunakan alas sedikitpun.” ujar manuel, pada saat kejadian tersebut semua akses jaringan dimatikan di papua sehingga membuat manuel dan teman-temannya kesulitan menghubungi para keluarganya. Tapi sekarang keluarganya sudah aman, dan bisa dihubungi kembali. Manuel berharap pemerintah tidak menganaktirikan masyarakat papua dengan yang non-papua karena masyarakat papua juga menginginkan perlakuan hal yang sama, “karena kita sama-sama manusia ingin hidup damai.” Ujar Manuel dengan tatapan penuh harap. Dia juga berharap agar pemerintah segera menemukan dalang rasisme yang ada di Surabaya, agar tidak ada lagi aksi demo yang ada di Papua.